Pengalaman Terbang dengan Garuda rute Amsterdam-Jakarta

April 02, 2017

Akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mencoba naik perusahaan penerbangan kebanggaan Indonesia untuk terbang dari Eropa ke Indonesia. Sebelumnya, kami tidak berani mencoba karena harganya selalu mahal dan tidak pernah muncul sebagai kandidat termurah di situs pembanding harga tiket pesawat. Hingga ketika kami akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia for good, ujug-ujug harga yang termurah adalah dengan Garuda. Yippiee..akhirnya. Semacem dramatis, mau pulang ke Indonesia, dengan maskapai Indonesia.

Kami membeli tiket melalui website Garuda langsung Düsseldorf-Jakarta. Hal ini memungkinkan walaupun tidak ada penerbangan Garuda dari Düsseldorf karena Garuda bekerja sama dengan KLM, maskapai nasional Kerajaan Belanda. Pertama-pertama, kami harus terbang dari Düsseldorf (Jerman) dengan KLM City Hopper ke Amsterdam. Setelah itu, dari Amsterdam non-stop ke Jakarta. Ehem..agak-agak excited campur deg-degan, berhubung kami terbang dengan bocah empat tahun yang super aktif.

Kerja sama antara Garuda dengan KLM tentu tidak mengherankan. Sebelum diberi nama Garuda Indonesian Airways oleh Presiden Soekarno, maskapai ini bernama KLM Interinsulair Bedrijf, maskapai kepunyaan Belanda yang bertujuan untuk melayani penerbangan wilayah jajahannya. Nama Garuda diambil oleh Presiden Sukarno dari sajak bahasa Belanda karya Raden Mas Noto Soeroto yang salah satunya berisi kalimat Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu"). KLM Interinsulair Bedrijf diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada bulan Desember 1949 sebagai salah satu pelaksanaan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB). Karena itulah hingga hari ini, kerja sama antara Garuda dan KLM tetap terjalin erat. Garuda dan KLM juga berada di satu group aliansi penerbangan yang sama, yaitu SkyTeam Alliance.

Penerbangan Amsterdam-Jakarta ini kembali beroperasi pada 1 Juni 2010, setelah sebelumnya Garuda termasuk salah satu maskapai yang dilarang terbang ke Eropa karena dianggap tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional. Setelah aktif kembali, pada awalnya rute Amsterdam-Jakarta harus transit di Dubai. Namun sejak  Mei 2014, Garuda melayani rute non-stop Jakarta-Amsterdam.


Sejak memasuki ruang tunggu di Bandara Schipol Amsterdam, suasana Indonesia mulai terasa. Sebagian besar penumpang adalah orang Indonesia, sampai-sampai si bocah tak henti-hentinya bilang "Ibu, orang itu ngomong Bahasa Indonesia", "Ibu om yang di sana juga bisa Bahasa Indonesia"..haha.. dia kaget melihat sebanyak itu orang bisa bicara bahasa Indonesia.. Setelah dijelaskan bahwa kita akan naik pesawat Indonesia ke Indonesia, barulah dia agak kalem :D.

Penerbangan Amsterdam Jakarta menggunakan pesawat Boeing 777-300ER, ditempuh dalam waktu hampir 14 jam. Kami menghabiskan sebagian besar waktu untuk tidur dan menonton film. Walaupun pilihan film di inflight entertainment Garuda tidak terlalu up to date, tapi masih cukup banyak film baru yang belum saya tonton. Sementara si Alif nonton berbagai film kartun anak-anak yang tersedia.

Untuk penerbangan Garuda kelas ekonomi yang kami ambil (yakali pilih kelas bisnis :p), kami mendapat jatah bagasi per-orang 30 kg, dan jatah bagasi kabin (hand carry) 7 kg per orang. Sehingga total bagasi kami bertiga yaitu 111 kg. Jatah tersebut kami manfaatkan dengan maksimal untuk membawa semua barang kami dari Osnabrück ke Jakarta.

Untuk pilihan makanan, tentu banyak pilihan kuliner Indonesia dengan ketajaman rasa yang sudah jauh dikurangi, demi menyesuaikan dengan selera internasional. Karena pengurangan rasa ini, kami merasa makanan yang disajikan oleh Air China masih lebih enak daripada rasa masakan Indonesia yang disajikan Garuda dalam penerbangan ini. Dari pengalaman ini, Saya memilih menu internasional untuk sarapan keesokan harinya, yang ternyata rasanya malah lebih enak :D. Yang agak mengecewakan adalah roti yang diberikan sebagai appetizer, rotinya adalah roti bulat empuk halus yang terasa kopong.

Mungkin karena Garuda adalah sebuah maskapai Asia yang konon katanya orangnya kecil-kecil, leg room nya pun terasa agak sesak. Terutama karena orang depan saya memaksimalkan memundurkan kursi. Dari pengalaman naik KLM, ruang kakinya terasa lebih lega.

Meskipun kami terbang bersama satu balita, sayangnya Garuda tidak memberikan mainan apapun untuk si bocah yang padahal sudah bayar penuh satu tiket. Padahal menurut info dari seorang kawan, seharusnya anak-anak mendapatkan boneka badak. Ah..mungkin para pramugari lupa, atau memang stok sedang kosong. Untuk harga yang kami bayar (1400-an Euro untuk bertiga), overall kami cukup puas. 

You Might Also Like

9 comments

  1. wah seru yaaa. the power of "ujug-ujug" hahaha

    ReplyDelete
  2. Wah seru. Seperti biasa, ga ada foto makanannya ya? :D saya baru mau coba garuda akhir april ini. Semoga memuaskan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada..nanti diupload menyusul ya..pasti saya tag di IG juga 😃

      Delete
  3. Kapan ya bs terbang ke negeri kincir angin gitu hihihi seruu...

    ReplyDelete
  4. Suka banget sama kata-kata ini "Nama Garuda diambil oleh Presiden Sukarno dari sajak bahasa Belanda karya Raden Mas Noto Soeroto yang salah satunya berisi kalimat Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu")"❤❤❤

    Kereen👍👍👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..akupun baru tau tentang ini ketika riset buat tulisan ini teh :)

      Delete
  5. Proses imigrasinya juga mba mau dong diceritain.. qiqiqi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo saya karena sebelumnya pegang visa schengen (karena tinggal di Jerman), jadi proses imigrasi di Belanda ga terlalu ribet. Antri biasa di jalur imigrasi, passport diperiksa, dicap, selesai deh.

      Delete