Pengalaman Terbang dengan Singapore Airlines

June 28, 2017

Pengalaman ini baru saja saya alami minggu kemarin, tepatnya di pertengahan bulan Juni 2017. Rute flight yang saya ambil Amsterdam – Jakarta, dengan transit satu kali di Singapura. 

Sebelum akhirnya memilih maskapai Singapore Airlines untuk pulang kampung kali ini, saya mengecek terlebih dahulu harga yang ditawarkan menggunakan skyscanner. Harga yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia lebih murah hanya sekitar 30 euro saja dibandingkan Singapore Airlines. Nah, sebenarnya alasan kenapa saya memilih Singapore Airlines karena ingin merasakan jalan-jalan di Singapura. Never been to Singapore before. Selain itu, cerita teman-teman tentang nyamannya menggunakan Singapore Airlines membuat saya semakin penasaran untuk terbang dengan jasa airlines yang baru saja mendapat peringkat kedua untuk kategori World Best Airlines dari Skytrax Awards. 

Untuk mendapatkan harga yang murah, booking ticket saya lakukan sekitar empat bulan sebelum keberangkatan. Dengan biaya sebesar 516,58 euro, tiket kelas ekonomi Amsterdam - Jakarta sudah ditangan. Karena penasaran, saya sempat iseng mengecek kembali harga tiket sekitar seminggu sebelum jadwal keberangkatan, harga yang ditawarkan masih cukup terjangkau. Perbedaannya tidak lebih dari 150 euro dengan harga tiket yang sudah saya beli. Pembelian tiket langsung pada website airlines-nya, karena setelah dicek ternyata harganya beberapa euro lebih murah. Pembayarannya sudah bisa menggunakan iDEAL (internet banking rekening bank Belanda) lho, jadi cukup mudah bagi yang memilih tidak mempunyai kartu kredit.

Karena alasan rencana jalan-jalan dan hasil dari membaca beberapa artikel tentang asiknya keliling-keliling di Changi Airport, lamanya waktu transit di Singapura yang saya pilih adalah 6,5 jam. Kemudian free Baggage allowance untuk kelas ekonomi 30 kg. Cukup besar. Tetapi jika kita mau menambah bagasi, harga excess baggage yang diberikan Singapore Airlines tergolong mahal di kantong mahasiswa. Awalnya saya berencana menambah 5 atau 10 kg bagasi, namun melihat harga tambahan per kg mencapai 46 euro (Juni 2017), saya mengurungkan niat untuk menambah bagasi. FYI, dengan rute penerbangan yang sama, excess baggage Garuda Indonesia kelas ekonomi hanya di-charge sebesar 30 euro per 5 kg (Juni 2017).

Waktu tempuh rute perjalanan Amsterdam – Singapura kurang lebih 12 jam 40 menit, tipe pesawat yang digunakan adalah Airbus A350-900. Kemudian setelah transit, dilanjutkan perjalanan Singapura – Jakarta selama 1 jam 45 menit menggunakan pesawat dengan tipe yang lebih kecil, yakni tipe Boeing 777-300 (773).

Pada penerbangan pertama, fasilitas yang diberikan sangat lengkap. Setiap seat mendapatkan fasilitas mulai dari USB port, 11 inch touchscreen monitor dan video touch-screen handset disertai berbagai pilihan movies, program tv, music, dan games. Dijamin perjalanan selama kurang lebih 13 jam tidak terasa dengan lengkapnya entertainment options di tipe pesawat airbus Singapore Airlines ini.

Untuk yang membawa laptop, tidak usah khawatir karena stop kontak untuk charging berada di samping kanan-bawah kursi. Jujur saja, saya merasa kurang nyaman mengerjakan tugas dengan laptop saat flight kemarin. Selain karena kurang leluasa dengan space yang diberikan, banyaknya film dan tv program baru yang ditawarkan cukup membuat saya lebih memilih menonton dibandingkan harus berkutat dengan tugas.  Oh ya, sebagai perbandingan barunya film, kartun Disney Beauty and the Beast yang tayang di Bulan Maret 2017 sudah bisa dinikmati pada flight di bulan Juni 2017. Check link INI untuk melihat ongoing movie dan tv program yang ditawarkan oleh Singapore Airlines. 

Kelebihan lain pada penerbangan pertama adalah tidak berisik dan minimnya goncangan yang dirasakan selama perjalanan. Tipe pesawat Airbus A350-900 ini lebih besar dan katanya lebih stabil terhadap goncangan. Cuaca yang cerah juga mungkin berkontribusi pada mulusnya penerbangan kemarin, namun untuk ukuran saya yang tergolong agak flight phobia, perjalanan rute Amsterdam – Singapura saya rasa sangat nyaman. 

Seat Facilities dan Breakfast 
Pesawat tiba di Singapura lebih awal beberapa menit daripada jadwal yang direncanakan, landing pun berjalan dengan mulus. Pertama kalinya saya menginjakan kaki di Changi Airport, saya terkesan dengan kondisi bandara yang bersih, luas dan nyaman. Asyiknya lagi, Changi airport menawarkan banyak pilihan aktivitas untuk penumpang dengan waktu transit yang lama. Bahkan ada program gratis yang ditawarkan untuk penumpang dengan waktu transit lebih dari 5,5 jam, yakni berupa Heritage Tour atau City Sight Tour. Check link INI untuk info lebih lanjut.  

Selanjutnya pada penerbangan Singapura – Jakarta, pesawat yang digunakan lebih kecil dan fasilitas yang diberikan juga tidak seperti penerbangan pertama. Dengan waktu terbang yang kurang dari 2 jam, saya lebih banyak menikmati pemandangan melalui jendela. 

Untuk in-flight menu pada dua flight kemarin, saya memilih special meals (muslim meals). Pada penerbangan pertama saya mendapatkan main meal dan breakfast diselingi beberapa kali snack. Sedangkan pada penerbangan kedua yang singkat, saya hanya mendapatkan lunch saja. Mbak-mbak pramugari di awal waktu penerbangan akan memastikan kembali jenis meals bagi penumpang yang memilih special meals. Kelebihan penumpang dengan special meals adalah kita akan mendapatkan makanan sekitar 5 – 10 menit lebih awal daripada penumpang lainnya. Disatu sisi, saya merasa diistimewakan dengan mendapatkan makanan lebih awal, namun di sisi lain saya pribadi tidak terlalu suka makan sendiri disaat orang lain tidak makan. Jadi kondisinya sedikit kurang nyaman untuk saya. Kalau untuk rasa makanannya, edible tentunya dan lumayan enak. Tapi mungkin karena faktor lidah ya, saya lebih suka makanan yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia. Untuk pelayanan dari para cabin crew, sangat ramah, seperti rumor yang saya dengar: selalu melayani dengan senyuman. Dan lagi yang saya perhatikan, mbak dan mas pramugari/pramugara-nya lebih rajin menawari minuman.

Overall, saya tidak ragu  menyarankan terbang dengan Singapore Airlines untuk rute ini, khususnya untuk yang suka over thinking setiap kali pesawat mengalami goncangan seperti saya. ~(^_^)~

Namun jika sekiranya barang bawaan kita akan lebih dari 30 kg, karena pertimbangan excess baggage yang lebih terjangkau, saya lebih menyarankan menggunakan Garuda Indonesia  Kondisi ini hanya berlaku untuk tipe student kere seperti saya tapi banyak barang yang ingin dibawa. Oh ya, saya hanya pernah menggunakan maskapai Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia untuk rute ini, jadi perbandingan yang saya rasakan hanya terbatas pada dua maskapai tersebut ya.

Beberapa saran sebagai pertimbangan :

Mengingat waktu pemeriksaan di Schiphol memakan waktu yang cukup lama dan lokasi gate-nya yang cukup jauh, lebih baik tiba di Schiphol Airport 4 – 3,5 jam sebelum departure time. Pada security check, tas ransel saya sempat dibongkar dan payung lipat saya lah yang menjadi penyebabnya. Lain cerita dialami oleh teman saya, isi tasnya juga minta dikeluarkan oleh petugas dan ternyata biang keroknya tongsis....what the FUN banget.. =)) 

Anyway, check in online pun sangat direkomendasikan karena Singapore Airlines menyediakan counter khusus bagi mereka yang check in online, jadi kita hanya tinggal check in bagasi dan kabin saja. Lebih menghemat waktu. Sekitar dua hari sebelum jadwal keberangkatan, kita akan mendapat reminder untuk melakukan check in secara online, yang dengan sabar akan terus dikirimkan pada hari selanjutnya jika kita belum juga melakukan online chek in atau lebih memilih counter check in

Untuk penerbangan siang hari, saya sarankan membawa penutup mata/eye mask. Karena saat flight kemarin tidak disediakan oleh pihak maskapainya. Walaupun jendela sudah saya tutup, kondisinya masih dirasa cukup terang/silau untuk bisa bobo siang cantik. 

Bagi yang akan memanfaatkan program free tour, ada baiknya mengecek pilihan waktu tour dan waktu batas registrasi yang ditawarkan untuk kemudian mensinkronkan dengan pilihan waktu flight kita. Saya akhirnya tidak bisa memanfaatkan free tour karena walaupun waktu transit cukup lama, namun jadwal tour baru dimulai agak siang sehingga terlalu mepet dengan jadwal penerbangan saya selanjutnya. Alhasil saya memilih berkeliling-keliling Changi Airport daripada ikut free tour.

Terakhir, saya agak kurang yakin tapi saya tidak menemukan audio Qur'an. Untuk efek penenang, saya biasanya mendengarkan ayat suci Al-Quran  program in-fight entertainment ketika akan tertidur selama flight. Mungkin saya kurang teliti mencarinya dan nggak sabaran mencari, akhirnya saya langsung mendengarkan Qur'an menggunakan hp dan earphone pribadi.  

You Might Also Like

7 comments

  1. FYI, B777-300 itu lebih gede ketimbang A350-900 loh, plus enginenya B777-300ER, GE90 juga turbofan engine paling gede yang pernah ada

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya Mba? Saya riset informasi perkapalan dari hasil gugling dan tanya2 saja mbak...huhuhu... Makasi koreksinya.

      Delete
  2. Kak untuk bagasi kabinnya sama pihak SQ benar2 ditimbang atau tidak ya?

    ReplyDelete
  3. Halo Mbak, trimakasih sudah mampir di blog kita.
    Untuk kabin sebenernya random check mbak. Untuk kepergian dari Belanda, dari pengalaman saya, officernya lebih strict. Tapi, kalo kelebihan sekilo biasanya masih diperbolehkan. Tipsnya, jangan sampai kliatan berat mbak tas kitanya..=)

    ReplyDelete
  4. Halo kak mau tny. kalo transit di changi. bagasinya perlu diambil dulu atau udah lgsg ditransfer by maskapainya? tq

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo transit dan akan melanjutkan dengan maskapai yang sama, bagasinya tidak diambil dulu. Nanti diambil di bandara tujuan akhir.

      Delete