Tinggal di luar negeri akan lebih enak jika kita tinggal di negara di mana jajanan dan bahan makanan Indonesia mudah ditemukan, seperti di Belanda. Jika merasa kangen dengan kepraktisan dan kemudahan mendapatkan makanan enak seperti di Indonesia, tinggal jajan deh. Beda banget dengan kota tempat kami tinggal, di Osnabrück, sebuah kota kecil di Jerman.

Di Den Haag misalnya, selain banyak sekali bukti keterkaitan sejarah antara Indonesia dan Belanda, restoran Indonesia bisa ditemukan di mana-mana. Mulai dari restoran Indonesia pertama di Belanda (sejak tahun 1922), restoran China-Indonesia, hingga restoran Padang asli bisa ditemukan di kota ini. Review restoran "Salero Minang" Den Haag bisa dibaca di sini. Sedangkan cerita kunjungan pertama ke Den Haag yang bikin baper bisa dibaca di sini. 

Pada kunjungan kedua ke Den Haag, Saya berusaha mengunjungi sebanyak mungkin restoran/toko yang menjual makanan Indonesia, karena Saya dan suami sangat antusias untuk menelusuri persebaran kuliner Nusantara. Berikut ini adalah hasil kunjungan kami akhir bulan April lalu.

Amazing Oriental Markthof
Toko ini termasuk salah satu toko Asia (China-Indonesia) terbesar di Den Haag. Letaknya tidak jauh dari Den Haag Centraal (stasiun kereta), terletak di China Town dekat dengan pusat kota. Di sana kami menemukan banyak sekali jajanan dan bahan makanan Indonesia seperti pete, kerupuk tahu, berbagai jenis kerupuk mentah, kecap manis, bumbu dapur, emping, keripik singkong, jengkol, indomie berbagai rasa (penting!), saos ABC, dan sebagainya. Lengkap banget deh pokoknya. Beberapa jajanan yang kami beli di sini:

1 kerupuk tahu 80 gram 1,35 Euro
1 Gebakken Emping 130 gr 1,5 Euro
1 Krupuk Rengginang 1,75 Euro
1 Singkong pedes special 250 gr 2,25 Euro

Alamat:
Gedempte Gracht 405
2512 AM Den Haag
Phone 070-3638963



Toko Ming Kee
Toko Ming Kee ini adalah restoran cepat saji yang terletak di bagian depan toko Asia "Amazing Oriental Markthof." Toko ini menjual makanan berat dan jajanan siap santap khas Indonesia seperti nasi rames, nasi uduk, nasi kuning, pempek, sate, soto, berbagai jajanan pasar (risoles, putu ayu, lemper, dll). Menurut saya sih, makanan yang dijual di sini kurang segar alias tampak sudah diangetin berkali-kali. Tapi...namanya pun kangen jajanan kampung halaman, jadi saya tetap jajan di sini. Plus harganya tidak terlalu mahal. Harga jajanan pasarnya berkisar antara 1-3,5 euro. Sedangkan untuk makanan berat harganya tergantung pilihan kita, mau ditambah lauk apa (Pempek: 6.5 Euro, nasi rames: 6-7 Euro).

Alamat: sama dengan atas.

Restoran "Seleraku"
Menu andalan restoran ini adalah mie ayam jamur. Menurut keterangan ibu pemilik resto, mie nya dibuat sendiri oleh beliau, jadi mienya segar dan sehat. Karena mie-nya yang homemade itulah, harganya jadi agak mahal. Apalagi buat mahasiswa miskin dari Jerman (harga makanan di Jerman secara umum jauh lebih murah daripada di Belanda), terasa banget mahalnya -_- (1 porsi mie ayam jamur: 9.5 Euro). Rasa mie ayamnya enak sih, tapi not so special dan porsinya kecil banget. Waktu ke sana, kami juga memesan soto ayam. Rasanya lumayan enak, tapi agak mahal dengan porsi sedikit (soto ayam: 7 Euro). Restoran kecil ini berlokasi tidak jauh dari  Peace Palace the Hague.



Alamat:
Laan van Meerdervoort 7E
2517 AB, Den Haag
Phone: +31 70 2151276


Semoga lain kali kalo udah tajir bisa mencoba restoran Indonesia ala-ala fine dining deh di Den Haag..haha :D.

Untuk menghindari kebiasaan kalap di toko buku yang bisa mengakibatkan kebangkrutan, setelah pindah ke Osnabrück dua tahun lalu, saya segera mendaftar menjadi anggota di Stadt Bibliothek Osnabrück (perpustakaan kota Osnabrück). Biaya menjadi anggota cukup murah, hanya 10 Euro (150 ribu IDR) per tahun (harga mahasiswa). Setelah menjadi anggota, saya bebas meminjam buku, video dan board games, sebanyak-banyaknya selama maksimal 2x21 hari. Jika hanya ingin berkunjung dan membaca di tempat, tidak perlu menjadi anggota pun bisa.

Perpustakaan kota Osnabrück ini terdiri dari dua lantai, lantai satu khusus buku untuk dewasa, dan lantai dua khusus untuk anak-anak dan remaja. Favorit si #Alif tentu di bagian anak-anak dan remaja. Biasanya saya dan #Alif berkunjung ke perpustakaan setiap hari Kamis/Jumat atau Sabtu. Si bocah selalu antusias jika diajak ke sana. Selain karena dia bisa memilih dan membaca banyak buku anak-anak yang keren-keren tapi mamak ga mampu beli, dia juga bisa bermain dengan kereta-keretaan, kapal-kapalan, dan lain-lain. Di beberapa sudut perpustakaan bagian anak-anak dan remaja ini memang khusus menyediakan area bermain, semacam playground kecil.


Buku anak-anak yang tersedia di perpustakaan kota Osnabrück ini mayoritas tentu berbahasa Jerman. Tapi buku-buku bilingual atau bahasa lain seperti Inggris, Turki, Arab, Belanda, dan Rusia pun bisa ditemukan di sini. Sayang belum ada buku berbahasa Indonesia :p.

Di banyak sudutnya terdapat sofa-sofa dan kursi empuk yang pastinya enak banget buat dipakai membaca santai. Terdapat juga meja besar yang dilengkapi dengan satu jar pensil warna dan kertas print-an bergambar untuk diwarnai. Komputer-komputer untuk membaca e-book, mendengarkan audiobook, atau bermain games pun tersedia dalam jumlah yang cukup. Perpustakaan ini juga sangat mudah diakses oleh pemakai kursi roda dan penyandang disabilitas lainnya.

Meja di kanan, tempat anak-anak mewarnai

Setiap minggu, pihak perpustakaan mengadakan kegiatan untuk anak-anak dan remaja sesuai dengan kelompok umur. Misalnya, ada kegiatan membacakan buku untuk bayi dan balita "baby buchtreffen" (baby book meeting) untuk bayi usia 0-2 tahun; untuk usia 2-4 tahun, hingga 4-7 tahun. Dalam kegiatan ini, biasanya ada staf perpustakaan yang membacakan buku-buku interaktif untuk anak-anak. Mereka juga mengajak para bayi dan balita untuk aktif terlibat menjawab pertanyaan, menarik bagian buku (yang bisa di tarik), bermain alat musik, dan sebagainya. Selain itu, pihak perpustakaan juga seringkali mengadakan kegiatan "basteln" (art and craft) untuk anak-anak dan balita. Sering juga diadakan story telling dengan visualisasi menggunakan proyektor atau alat peraga.

Sedangkan untuk anak-anak yang lebih besar (usia SD dan remaja), pihak perpustakaan mempunyai kegiatan yang bertujuan mendorong minat baca serta minat menulis mereka yang bernama "Julius Club." Pertemuan mingguan untuk membaca buku dan menulis tentang suatu tema menjadi favorit para remaja dan anak-anak yang lebih besar. Hasil tulisan mereka kemudian di gantung di sudut-sudut perpustakaan, menjadikannya dekorasi yang unik, membanggakan, serta mencerdaskan. Seru sekali ya. Tidak heran jika kemudian anak-anak di sini sangat hobi membaca serta pandai menulis sejak dini.

Perpustakaan kota tidak hanya dikunjungi oleh mahasiswa asing dan kalangan yang kurang mampu beli buku, tapi terutama oleh orang lokal dengan beragam latar belakang sosial. Di sini, keluarga-keluarga kelas menengah dan mampu pun selalu memanfaatkan fasilitas publik seperti perpustakaan kota dan angkutan umum.

Zaman saya SMA dulu, saya pun sering berkunjung ke perpustakaan Kota Bandung di Cikapundung, yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kosan tempat saya tinggal. Perpustakaannya lumayan bagus, banyak komik, buku cerita, serta dilengkapi karpet besar dengan bantal-bantal pisang besar yang mengundang sekali untuk gogoleran. Sayang, tidak banyak perpustakaan-perpustakaan seperti itu tersebar di berbagai pelosok tanah air, termasuk di dekat rumah kami di Bojongsari, Depok.

Namun beberapa tahun terakhir banyak perkembangan menggembirakan di Indonesia. Semakin banyak manusia-manusia keren yang berinisiatif membuka perpustakaan di mana-mana, demi membuka akses seluas-luasnya kepada anak bangsa untuk membaca. Misalnya, teman-teman blogger di komunitas #1minggu1cerita. Banyak di antara mereka yang menjadi pioneer pembukaan perpustakaan-perpustakaan di sekitar tempat tinggalnya. Ada Phadli di Sukabumi yang menginisiasi Pustaka Banyu di Paledang, Sukabumi dan Rumah Baca Bambu Biru, Teh Chika yang aktif mendukung Perpustakaan Ambu di Cianjur, Bu Tini dengan Library in the Box di Bagus Rangin Bandung, serta Teh Guli dengan Rumah Berkawan di Bogor. Keren-keren sekali kan? kan?

Jika penasaran sekaligus ingin menyumbang buku, silakan diklik dan eksplor blog mereka ya :). Atau bila ingin menyumbangkan buku ke perpus-perpus tersebut tapi bingung atau ga mau ribet, bisa kontak kami langsung melalui comment di bawah atau melalui facebook. Ahh.. Kalo begini sih, saya jadi kembali optimis dengan masa depan Indonesia.

Pengalaman Pertama Bungsu Terbang

Belakangan ini mungkin para pembaca melihat postingan kami agak berubah. Ada stempel baru di belakangnya. Saya (juga Tatat) memutuskan gabung komunitas blogger, terutama emak-emak, demi merentangkan sayap ke tempat yang lebih luas.

Musim libur jelang lebaran telah tiba, entah tahu darimana Si Sulung mendadak cranky. Mendesak ingin pergi naik taksi lah, ingin ke rumah Mbah lah, minta ikut ke kantor Ibu lah. Merengek habis-habisan minta naek taksi. Hampir setiap hari bilangnya, "Telepon abangnya (taksi) dulu ya.."