Menjadi Bagian dari Kelas Inspirasi

August 23, 2016

Bertahun-tahun yang lalu, saya pernah gagal dalam rekruitmen sebagai guru dalam gerakan Indonesia Mengajar. Tahun ini, saya secara tidak sengaja menjadi bagian dari Indonesia Mengajar berupa Kelas Inspirasi. Ajakan seorang teman untuk ikut serta dalam kegiatan ini, memberi saya pengalaman yang sangat berharga walaupun hanya dalam waktu satu hari. Sudah semestinya saya berterimakasih sekali dengan teman saya itu.



Hari itu, sejak pagi sekali, saya dan rekan-rekan berkumpul di sekolah yang telah ditunjuk untuk kami. Sekolah yang kami datangi letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, tapi lingkungannya tampak tertutup, mengingatkan saya pada enklosur, komunitas dengan pandangan, ideologi yang sama. Pekerjaan yang dimiliki mayoritas orangtua murid serupa, buruh kebun. Muridnya hanya berjumlah sekitar 90 orang dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD, kelas terbanyak berjumlah sekitar 22 orang dan tersedikit berjumlah 7 orang. Banyak dari murid tinggal di asrama, dititipkan oleh orangtua bermasalah yang tidak mau/mampu mengurus anaknya. Saya mengira bahwa saya akan bertemu dengan anak-anak yang pasif jika menilik dari latar belakangnya, tapi murid-murid yang saya temui bersifat terbuka dan banyak yang aktif.




Setiap inspirator berkesempatan mengajar disetiap kelas, mulai kelas 1 hingga kelas 6. Inspirator diberikan kesempatan untuk mengenalkan profesi melalui berbagai alat peraga, bisa berupa games, slide, apapun yang representatif untuk profesi yang dimiliki. Analis kesehatan memakai jas lab dan membawa perlengkapan laboratorium, geolog berseragam dan membawa minyak mentah, desainer interior menunjukkan gambar visual, seorang arsitek membawa maket, dan lain sebagainya. Anak-anak diberi kesempatan melihat, menyentuh, peralatan yang dibawa oleh inspirator untuk menstimulus anak, menginspirasi agar berani punya mimpi yang berbeda. Anak-anak yang memiliki pengetahuan terbatas akan profesi diberi kesempatan untuk melihat bahwa ternyata banyak sekali pilihan profesi yang dapat mereka tekuni di masa depan, dan tidak harus selalu sama seperti profesi-profesi yang ada di lingkungan mereka tinggal. Tugas para inspirator adalah memberikan, menularkan semangat untuk berani meraih mimpi, melakoni profesi apapun profesinya dengan integritas, menjadi sesuatu yang dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi masyarakat.




Melihat secara langsung sekolah yang terpinggirkan di kota saya, Kota Balikpapan, merupakan pengalaman baru bagi saya. Anak-anak bersekolah dengan alas kaki sandal bukan sepatu, seragam yang kotor, alat tulis seadanya. Selama ini, saya selalu melihat sekolah dengan kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah terpinggirkan, yang seringkali diliput oleh media yang letaknya di luar kota saya.




Pengalaman sehari sebagai Inspirator membuka mata saya bahwa sekolah yang baik tidak hanya menitikberatkan pada bangunan sekolah dengan infrastruktur mewah, anak-anak berseragam layak, atau guru-guru lulusan terbaik. Sekolah terbaik, justru sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak-anak didiknya untuk berpikir secara luas, kritis, bebas dari doktrin. Untuk sebuah kasus tertentu, apakah satu hari dapat membuka pikiran anak-anak yang terdoktrin jauh bertahun-tahun sebelum dan bertahun-tahun sesudah kegiatan Kelas Inpirasi ini?




“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya” ― Pramoedya Ananta ToerBumi Manusia


*)terimakasih teman-teman dokumentator kelompok 4 #KIBPN4 untuk foto-fotonya yang luar biasa.






You Might Also Like

0 comments