Mencicipi Menu Spesial Farah Quinn saat Terbang dengan KLM

August 05, 2016

Pengalaman terbang dengan KLM Royal Dutch Airlines datang ketika saya mendadak mudik akhir bulan Juni lalu. Saya membeli tiket pagi hari, untuk penerbangan sore. Ketika mencari tiket termurah di google flights, saya berusaha mencari penerbangan dengan harga termurah dari bandara terdekat dari Osnabrück. Pilihan bandara terdekat yang mana saya bisa naik kereta regional gratis dengan kartu mahasiswa ada empat, yaitu bisa dari Bandara Münster-Osnabrück (30 menit dari rumah), Bremen (1,5 jam), Hannover (1,5 jam), dan Hamburg (3 jam). Ternyata tiket termurah yang saya temukan untuk penerbangan hari itu adalah dengan KLM dari Bremen.

Rutenya adalah Bremen-Amsterdam dengan Fokker 50, jenis pesawat kecil yang digunakan oleh KLM Cityhopper untuk penerbangan antar kota di Eropa. Kemudian dilanjutkan dengan Amsterdam-Kualalumpur dengan Boeing 777 300 ER dan Kualalumpur-Jakarta dengan pesawat yang sama. Transit di Kualalumpur baik dalam perjalanan Amsterdam-Jakarta maupun Jakarta-Amsterdam hanya satu jam.
 
KLM didirikan tahun 1919 dan merupakan perusahaan penerbangan tertua di dunia yang masih beroperasi dengan nama aslinya. Pada tahun 2004, Air France dan KLM bergabung membentuk AIR FRANCE KLM. Penyatuan keduanya menghasilkan perusahaan penerbangan terkuat di Eropa dengan dua brand besar dan dua hub, yaitu di Bandara Schipol Amsterdam dan Charles de Gaulle Paris.

KLM adalah anggota dari SkyTeam Alliance, bersama Garuda, Korean Air, China Southern, Air France, Alitalia, Aeroflot, dan lain-lain. Jadi kalo punya frequent flyer Garuda, bisa dapat miles dengan naik KLM. #PemburuMilesBangetAnaknya

KLM dalam operasionalnya sangat efisien, khas perusahaan penerbangan Eropa yang mementingkan efisiensi dan faktor ekonomis. Misalnya, bagasi yang diperbolehkan untuk check-in kelas ekonomi maksimal 23 kg, dan untuk hand carry 12 kg. Tidak sebanyak bagasi perusahaan penerbangan Timur Tengah. Contoh lainnya, dalam penerbangan Kualalumpur-Amsterdam yang mana adalah penerbangan malam, makan malam disajikan dingin, tidak lama setelah kami mengudara. Mungkin karena banyak penumpang yang menolak makan dan memilih untuk tidur, jadi menghangatkan makanan dianggap tidak perlu. Selain itu, sebelum membagikan earphone, penumpang yang membawa earphone dipersilakan untuk menggunakan milik pribadi. Tapi penumpang tetap bisa meminta earphone jika membutuhkan. Lumayan juga kan potensi penghematan yang dilakukan KLM, walaupun dia termasuk full service airline. Oh ya, dalam penerbangan ini, tidak ada wi-fi.
Farah Quinn, brand ambassador sekaligus guest chef KLM. Pic from traveletc
Dalam perjalanan pulang dari Jakarta menuju Kualalumpur, ketika awak kabin akan membagikan makanan, ada pengumuman yang mengatakan bahwa makanan yang disajikan adalah resep spesial dari Farah Quinn. Saya pikir saya salah dengar. Ternyata setelah digoogling, memang betul. Farah Quinn ternyata brand ambassador untuk KLM Indonesia. Farah Quinn merancang menu-menu khas Indonesia untuk penerbangan New World´s Business Class KLM serta untuk kelas ekonomi rute Jakarta-Kualalumpur dan Singapore-Denpasar. Menu saat itu adalah mie goreng bumbu hitam yang lezat (saya lupa namanya), khas cita rasa Indonesia. *ga ada foto sama sekali, soalnya saat itu lagi ga mood popotoan*

Hal lain yang menarik perhatian saya dari KLM, awak kabin lebih inklusif. Ada yang bule, ada yang afro, yang mana jarang saya liat dalam penerbangan lain yang pernah saya naiki. Tampaknya ini juga mencerminkan heterogenitas masyarakat Belanda yang multirasial--karena latar belakang bekas koloni Belanda yang tersebar mulai dari Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia, hingga ke Afrika.
 
Kemudian terlintas dalam benak saya..kenapa KLM segitunya sampai menyajikan menu khas Indonesia pada penerbangan World Business Classnya (selain untuk rute Jakarta-KL, Sing-Denpasar). Lalu saya jawab sendiri pertanyaan itu, karena teringat kata-kata profesor saya, seorang Jerman yang pernah melakukan banyak penelitian di universitas di Belanda. Beliau mengatakan bahwa para akademisi Belanda yang dia temui banyak yang mengatakan begini "Indonesia is not just our former colony..Indonesia is our hometown." Yakali..Indonesia mah tanah air saya, Pak!

You Might Also Like

6 comments

  1. "Selain itu, sebelum membagikan earphone, penumpang yang membawa earphone dipersilakan untuk menggunakan milik pribadi. Tapi penumpang tetap bisa meminta earphone jika membutuhkan. Lumayan juga kan potensi penghematan yang dilakukan KLM, walaupun dia termasuk full service airline."

    Ini bisa jadi tips #zeroWaste juga! Jadinya bisa mengurangi sampah dari awal :)

    Btw, dulu pernah dibikin beberapa tips #zeroWaste di dalam pesawat: silaken kalau ada yang mau ngintip-ngintip. Moga jadi inspirasi bila (terpaksa) pakai pesawat.

    https://storify.com/ypbbbdg/kumpulan-cerita-ber-zerowaste-saat-naik-pesawat
    http://chirpstory.com/li/20237


    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener teh *udah cek link*
      Aku (kalo inget) suka bawa botol kosong yang udah dikosongin. Atau bawa botol yg bisa dikempesin kalo kosong. Lumayan buat nyimpen air agak banyak buat penerbangan jarak jauh, kalo nunggu jatah dr awak kabin cuma sedikit..padahal sering kehausan dan kalo bolak-balik minta minum males juga.

      Delete
  2. Lah kok dia ikut-ikutan tanah air beta :)) Luar biasa ya KLM, mudah-mudahan kapan-kapan dapet kesempatan jalan-jalan sama KLM :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..mereka belum mengikhlaskan Indonesia -_-. Amin... :)

      Delete
  3. Farah Quinn idola aku #gagalfokusKLM, keren ya penerbangan internasyienel menunya indonesah, feels like home

    ReplyDelete