Cerita dari Teluk Balikpapan

August 08, 2016


Awal tahun 2016, sekitar akhir Bulan Januari saya diajak untuk ikut serta dalam monitoring kerusakan Teluk Balikpapan yang dilakukan oleh pihak Kementrian Lingkungan Hidup Region Kalimantan. Sebagai orang yang lahir di Balikpapan, jujur saja saya tidak pernah sekalipun menjelajahi Teluk Balikpapan untuk sekedar mengetahui apa saja kekayaan hayati yang dimiliki Teluk Balikpapan. Bagi saya ini adalah kesempatan yang menarik.

Pelabuhan Kampung Baru Balikpapan

Pagi itu kami berkumpul di pelabuhan nelayan untuk menaiki kapal, kapal kayu yang lumayan besar untuk memuat sekitar 20 orang. Saya satu-satunya orang awam mengenai Teluk Balikpapan yang ikut serta, lainnya adalah staf dari Kementrian, teman-teman aktivis Teluk Balikpapan, dan beberapa rekan wartawan baik lokal maupun nasional yang diundang untuk meliput kerusakan di Teluk Balikpapan.

Kami berlayar melewati Pelabuhan Kariangau yang diresmikan di era pemerintahan SBY, niatnya pelabuhan ini akan dipergunakan untuk memudahkan jalur lalu lintas dan bongkar muat barang. Namun, sebelum peresmian dan setelah peresmian, segala aktivitas yang ada di pelabuhan ini mendapat banyak protes dan kecaman dari aktivis setempat karena sangat menganggu keberlangsungan ekosistem di Teluk Balikpapan. Apakah memang terjadi kerusakan di Teluk Balikpapan?

Kegiatan Ekonomi di Teluk Balikpapan


Sepanjang perjalanan di atas kapal, saya melihat banyak sekali pembukaan lahan, baik yang sudah keluar ijinnya atau bahkan yang belum memiliki ijin. Lahan yang dibuka digunakan untuk kebun sawit, pendirian bangunan pabrik, pendirian bangunan gudang, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pembangunan jembatan penghubung antara Kabupaten Penajam Paser Utara dengan Kota Balikpapan yang akan membelah Hutan Lindung Sungai Wain (dengan adanya daerah penyangga saja kerusakannya pasti akan terasa, apalagi tidak ada daerah penyangganya). 

Jembatan Balikpapan - PPU

Teluk Balikpapan merupakan habitat bagi banyak satwa liar dilindungi, seperti : bekantan, pesut, dugong, dan masih banyak lagi. Keberadaan aktivitas ekonomi yang terus bergerak tanpa memikirkan habitat satwa-satwa ini jelas mengancam keberadaan mereka. Limbah-limbah pabrik  merusak terumbu karang yang berada di sekitar Teluk Balikpapan, terutama yang letaknya paling berdekatan dengan pabrik, seperti  pabrik kelapa sawit dan pabrik semen. Terjadi pengendapan dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan. Jika kerusakan ini terus dibiarkan, apa yang akan terjadi dengan Teluk Balikpapan? Bencana ekologis apa yang akan terjadi ke depannya?

Salah Satu Pabrik Pengolahan di Teluk Balikpapan

Miris juga melihat bagaimana pembangunan selalu menjadi ancaman bagi konservasi. Kapan kiranya para pengambil keputusan baik di tingkat daerah maupun nasional bisa memikirkan unsur kesatuan dan keberlanjutan dalam pembangunan? Semoga saja, monitoring yang dilakukan pihak Kementrian Lingkungan Hidup membawa perubahan positif bagi usaha perlindungan Teluk Balikpapan sehingga kegiatan ekonomi dan konservasi dapat jalan beriringan dan bukannya berada pada kutub yang berseberangan. 

Wawancara Pihak Kementrian Lingkungan Hidup oleh Wartawan


You Might Also Like

0 comments