17|71, Melongok Koleksi Goresan Istana Kepresidenan

August 21, 2016

Pernah dulu teman cerita bahwasanya Soekarno Presiden pertama negara ini, adalah pemerhati seni. Tapi sekedar pemerhati saja rasanya semua orang bisa, apalagi sekarang kita tinggal comment, copy, share, dan jadilah kita pemerhati, atau mungkin kritisi. Soekarno punya selera yang hanya dimiliki pecinta seni sejati! Entah darimana ungkapan seni sejati, tapi begitulah teman pernah bilang. 

Peralihan kepemimpinan bisa jadi turut memengaruhi isi dari tempat tinggal Presiden RI tersebut. Namun 28 lukisan dari 21 pelukis ternama yang pada akhirnya diboyong keluar Istana tersebut setidaknya bisa mewakili selera seni Bapak Pendiri Bangsa. Konon, terdapat 15.000 koleksi Istana yang dikurasi Mikke Susanto dan Rizki A. Zaelani selama setahun kebelakang. Tak lupa dipamerkan lukisan karya Henk Ngantung yang dianak tirikan. Dan ternyata ragam lukisan yang kata teman diatas, juga ada palsunya (huh).

Ikut Narsis di Galeri Nasional
Pameran ini memperbolehkan anak-anak selama dalam pengawasan orangtua. Kamera ponsel diijinkan memotret tanpa flash (bayangkan boleh difoto!). Si Sulung meski kecil lagi, dan belum tahu Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawab apalagi Raden Saleh, ia cukup excited dengan koleksi seni tersebut. Hingga emoh tidur siang dan berjalan sambil menguap berkali-kali. 😁

Kalau boleh mengutip Soekarno sesaat setelah bertemu Lee Man-Fong, "lukisan setidaknya menjadi warna lain dan udara baru ditengah riuhnya revolusi." Lukisan Lee Man-Fong, salah satu kesukaan suami, memiliki banyak unsur Feng Shui, dari jumlah hewan sampai warna merah yang sangat diamini si seniman. Suami saya berpesan agar tak lupa juga mampir ke lukisan 'Rini' karya si Bung sendiri. Siapa Rini? Anaknya Bung pun tak tahu. Lukisan Sudjojono 'Wajah Revolusi' juga tak boleh dilewatkan. Sang kurator bilang, si kecil di pojok kiri lukisan Sudjojono itulah yang meminta Sudjojono melukis. Tetapi ingat untuk menatap sejenak menu utama Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh, Maestro!


Lukisan Lee Man-Fong
Masih banyak karya seniman dan cerita masing-masing si empunya yang ditampilkan dalam pameran ini. Ada kesedihan revolusi, gagapnya bangsa menjadi merdeka, sampai rasa syukur menikmati alam yang indah dan berantakan ini.  Jadi ingat satu percakapan suami dengan si sulung:

Suami: "Gwen, enak kan kalo bisa berkarya, banyak yang liat." 
Sulung: "Pak, beli roti." (seraya menarik tangan Bapaknya)


Bagi yang penasaran juga ingin berwisata sejarah bersama si kecil, Pameran bertajuk 17|71: Goresan Juang Kemerdekaan ini masih dibuka untuk umum di Galeri Nasional, Jakarta, hingga 30 Agustus 2016 mendatang. Sebaiknya melakukan reservasi sejak awal apabila tanggal kedatangan sudah fix. 
Pameran ini menarik banyak pengunjung dan akhirnya antrean amat panjang juga membosankan. Jadi disarankan tetap menjaga mood, baik si kecil atau bahkan kita juga, agar tidak melewatkan kesempatan langka menikmati karya seni terbaik milik istana. Istana kita juga! 

17|71: Goresan Juang Kemerdekaan

2 – 30 Agustus 2016
09.00 – 20.00 WIB
Gedung A Galeri Nasional Indonesia


KURATOR
Mikke Susanto & Rizki A. Zaelani

PERUPA
Affandi, Basoeki Abdullah, Dullah, Harijadi Sumadidjaja, Henk Ngantung, Raden Saleh, S.Sudjojono, Trubus Sudarsono, Hendra Gunawan, Lee Man-Fong, Rudolf Bonnet, Diego Rivera, hingga karya Ir. Sukarno (Presiden Pertama RI), & para maestro rupa lainnya.

You Might Also Like

4 comments

  1. wah keren ya. pengen bawa Arden ketempat beginian....

    ReplyDelete
  2. keren ih. meskipun aku dari dulu gak pernah bisa baca arti lukisan hahahaha.

    ReplyDelete
  3. Penasaran sama lukisan "Feng-Shui" ituuu

    ReplyDelete
  4. wisata alternatip sama anak daripada ngemol wae~

    ReplyDelete