Schneeberg

February 17, 2015

Jika surga memiliki tujuh lapisan, maka puncak Schneeberg adalah surga lapisan pertama. Begitulah apa yang saya pikirkan begitu memandang pemandangan indah yang terhampar di bawah saya ketika saya berada di puncak Schneeberg. Hamparan hutan pinus dan kota Wiener Neustadt dipercantik oleh beberapa awan yang menggumpal seperti bola kapas di atasnya. Ya, bahkan puncak Schneeberg yang berada di ketinggian 2076 meter di atas permukaan laut berada lebih tinggi daripada awan-awan. Tidaklah heran jika Schneeberg menjadi gunung tertinggi di provinsi Lower Austria. Ketika salah satu gumpalan awan melewati kepala saya, spontan saya ingin meraihnya.


Schneeberg (schnee = salju; berg = gunung) yang berjarak sekitar 65 km dari Vienna, kota tempat saya tinggal, dapat terlihat jelas ketika cuaca cerah. Mungkin karena puncaknya yang hampir selalu tertutup saljulah yang menyebabkan orang-orang menamakan gunung ini Schneeberg. Pertama kalinya saya ke gunung ini bersama kawan-kawan saya pada bulan September 2011. Kami menaiki kereta dari stasiun Wien Meidling menuju stasiun Wiener Neustadt. Kami membeli tiket rombongan seharga 35 euro yang bisa digunakan seharian untuk 5 orang. Perjalanan selama lebih kurang 1 jam tidaklah terasa membosankan karena kami disuguhi pemandangan indah berupa hamparan perkebunan anggur yang menghijau. Dari Wiener Neustadt kami harus mengganti kereta ke arah Puchberg am Schneeberg. Alam kembali memanjakan mata kami ketika kereta yang membawa kami menembus hutan-hutan.

Untuk mencapai puncak Schneeberg, seseorang bisa mulai mendaki dari Puchberg. Tetapi kami memilih untuk menaiki Kereta Salamander, sebutan untuk kereta khusus tujuan Schneeberg. Kereta yang sudah berumur lebih dari 100 tahun ini memiliki rel khusus yang seperti gerigi agar kereta tidak tergelincir turun ketika mendaki. Dalam bahasa Jerman, kereta ini disebut Zahnradbahn. Kami beruntung, karena kami tidak perlu menunggu lama. Karena banyaknya pengunjung, kereta yang berangkat setiap 1,5 jam sekali ini selalu penuh. Setelah membeli tiket pulang pergi seharga 36 euro per orang, kami antri sebentar selama menunggu kereta yang akan membawa kami datang. Walaupun kereta berjalan lambat, perjalanan selama 45 menit tidaklah kami rasakan karena kami terhanyut dalam  buaian pemandangan yang kami lihat.

Cuaca hangat di bulan September terasa sejuk ketika kami mencapai puncak Schneeberg. Di puncak ini terdapat sebuah kapel kecil yang bernama Elisabeth Church. Kapel ini dibangun oleh Kaisar Franz Joseph I untuk mengenang istrinya, Kaiserin Elisabeth (Sisi) yang telah meninggal. Selain itu juga juga terdapat museum kecil yang menyajikan informasi mengenai Schneeberg.

Kedatangan kedua kalinya saya ke Schneeberg adalah di akhir bulan Mei 2012. Meskipun sudah memasuki musim semi (menjelang musim panas), di puncak Schneeberg masih terdapat salju tebal. Schneeberg itu sendiri terbuka untuk umum pada bulan April hingga Oktober. Di luar itu, Schneeberg terlarang untuk didaki hingga ke puncaknya. Tetapi pada musim dingin, seseorang dapat bermain Ski di sekitaran daerah Puchberg.


Stasiun pemberhentian terakhir kereta Salamander terletak di ketinggian 1796 dpl. Selanjutnya seseorang dapat mendaki ke puncaknya dengan berjalan kaki. Meskipun sebagian besar terdiri atas hamparan stepa, tidaklah bisa dibilang mudah untuk mencapai puncak Schneeberg bagi seorang pendaki non-profesional seperti saya. Di musim panas, seorang pendaki profesional membutuhkan waktu sekitar 90 menit dari Stasiun kereta hingga ke puncak. Tetapi karena waktu itu masih terdapat salju, saya membutuhkan waktu 2 jam lebih untuk mencapai puncak Schneeberg (sedikit waktu terbuang untuk foto-foto. hehehe).

Bagi kalian yang ingin mendaki ke puncak Schneeberg di awal musim semi, saya tetap menyarankan pakailah sepatu khusus hiking untuk musim dingin agar kaki kalian dapat mencengkram lapisan es di tanah sehingga kalian tidak jatuh tergelincir. Selain itu kalian juga wajib membawa tongkat hiking untuk musim dingin (ujungnya runcing seperti pensil). Tongkat ini berguna untuk membantu kalian kalian berjalan sebagai tumpuan pegangan. Jangan lupa kenakan pakaian hangat (sweater, syal, sarung tangan, dan topi) serta jaket anti angin, dikarenakan keadaan angin yang cukup kencang.

Sekitar 50 meter terakhir sebelum puncak merupakan medan tersulit menurut saya. Medan yang hampir vertikal 90 derajat ini hanya dapat ditempuh dengan bantuan tali. Dengan kondisi tanah yang diselimuti es, kaki saya agak kesulitan untuk mencengkram tanah. Saya harus berusaha menarik diri saya dengan tali di satu tangan. Tangan yang lainnya saya gunakan untuk menggenggam tongkat hiking saya. Namun di kondisi saat inilah tongkat hiking ini berguna sebagai alat bantuan keseimbangan dan pijakan.

Semua kesulitan itu terpuaskan ketika saya menjejakkan kaki di puncaknya dan memandang ke pemandangan yang terhampar di bawah. Saya percaya, saat itu saya berada di surga dunia.

Website pendukung:
http://www.schneebergbahn.at/
http://www.schneebergsesselbahn.at/skigebiet/
http://www.schneeberg.tv/

dedicated to: Wiwi, Wuli, Pika, dan Robbi...

You Might Also Like

0 comments