Impian dan Kisah Perjalanan Mahir Pradana

March 09, 2017


Alkisah, Jejak Katumbiri mulanya dihadirkan untuk mencatatkan perjalanan beberapa anak kuliah kere tapi suka jalan. Namun blog ini kemudian tumbuh berkembang sejalan dengan usia para penulis yang tadinya banyak, kini 'cuma' tinggal empat. Awal terbit dulu, blog ini ternyata sudah dikunjungi penulis tenar, Mahir Pradana. Siapakah dia?

Mahir Pradana adalah penggagas, pecinta Nina Ardianti, guru, dan penulis fiksi juga catatan perjalanan. Ia mengaku bahwa namanya merupakan buah pemikiran sederhana sang orangtua. "Filosofinya ga dalem gimanaa kok, Pradana itu karena gue anak pertama, dan Mahir tau sendiri lah ya artinya ahaha," ujar Mahir saat ditanya apa arti dari nama populer yang juga adalah nama aslinya.

Dibalik makna simpel namanya, karya yang dihasilkan tidak bisa dibilang mudah. Total sudah 8 buku ditelurkan oleh alumnus Manajemen Universitas Padjadjaran ini. Belum lagi artikel dan paper yang bertebaran juga bisa diakses dengan mudah di dunia maya. Sungguh produktif bukan?

Kami lebih dulu berkenalan saat masih cupu dan berada dalam satu perkuliahan yang sama, sebelum akhirnya beliau hengkang pindah jurusan. Rasa penasaran kemudian membawa kami mengirimkan pesan lewat instagram yang disambut meriah. Di sela kesibukannya berkeliling benua Eropa selagi melanjutkan impian dan pendidikan di Sevilla, Spanyol, Mahir menjawab setiap pertanyaan yang kami ajukan. Sungguh satu kebahagiaan bagi kami untuk menuliskan kesempatan berbincang dengan dosen Telkom University itu lewat perantara jaringan virtual.

1. Hallo Bapak Dosen! Selama ini sudah menginjakkan kaki kemana aja?
Belum banyak sih, hehehe. Karena sudah pernah kuliah di Swiss, alhamdulillah sudah jalan-jalan ke Australia, Singapura, Malaysia dan Turki, juga ke sebagian besar wilayah Schengen, paling jauh di Denmark sih. Lalu karena istri kuliah di Amerika Serikat, tahun lalu sempat jalan-jalan ke Kanada.

2. Apa yang bikin seorang Mahir suka traveling?
Yah, sejak kecil memang sudah bermimpi ingin melihat dunia luas, berinteraksi dengan warga setempat, melihat budaya berbeda, dan lain-lain.

3. Waktu menginjakkan kaki pertama kali di luar negeri, masih ingat perasaan apa yang dirasakan?
Magical ya, hehehe. Waktu itu kalau ga salah tahun 2006, dan pertama ke luar negeri langsung ke Boston, Amerika Serikat. Rasanya pengen nyubit diri sendiri karena akhirnya sampai di negeri yang jauh di seberang.

4. Nah menurut Mahir yang sudah ke beberapa negara di dunia itu, kota apa yang paling berkesan?
Budapest. Kotanya keren, romantis, transportasi publiknya bagus.

5. Trus sebutkan hal yang paling indah dari kampung halaman Mahir, Makassar?⁠⁠⁠⁠
Wisata lautnya dong.

6. Dari sekian banyak buku traveling, menurut Mahir, buku apa yang paling kece sekaligus inspiratif?
Sejak kuliah suka sama 'Honeymoon with My Brother'-nya Franz Wisner. Kalau karangan penulis Indonesia itu 'Titik Nol'-nya Agustinus Wibowo.

7. Berhubung sekarang lagi kuliah di Spanyol, 5 makanan Indonesia apa yang paling dikangenin saat ini?
Tongseng, bubur ayam, konro bakar, sate, es campur. (lapar ya ngomongin makanan-red)

8. Satu pertanyaan pribadi yang bikin penasaran adalah kenapa Mahir meninggalkan HI? Ahahaha..
Sebenarnya bisa dibilang tidak direncanakan. Semester satu saya sempat sakit ketika UAS, jadi nilai semester 1-nya jeblok. Semester 2 waktu itu lulus semua. Tapi, ketika SPMB tahun 2004, saya iseng-iseng ikutan dan diterima di Manajemen Unpad.

Tapi sampai sekarang bisa dibilang saya lebih dekat dengan teman-teman HI daripada Manajemen. Sering nongkrong bareng Isnu dan Ilham, Zaky sempat datang ke nikahan saya tahun lalu, reuni dengan Septia di Wina tahun 2003, dan banyak lagi yang temenan di FB, Instagram dan Twitter. (gagal move on dari HI yeay! - red bahagia)

Tentang Mahir, Sepakbola, Home & Away

Mahir tak meninggalkan kecintaannya pada sepakbola setiap kali kakinya melangkah. Impian seorang anak laki-laki untuk bisa menginjakkan kaki di stadion tuan rumah liga-liga di Eropa, liga ternama dunia, berhasil diwujudkannya. Iapun mencatatkan pengalamannya lewat buku 'Home & Away'. Terkadang, tulisan di media online tentang sepakbola pun dituliskannya. Pun dengan cuitan di Twitter..

9. Penulis buku Home & Away ini sudah ke berapa stadion bola? Dari sekian banyak itu, stadion apa yang paling WOW dan bersejarah buat Mahir? Kenapa?
Wah, saya nggak ngehitung sih. Stadion yang berkesan menurut saya St. Jakob’s Park di Basel. Kapasitasnya hanya 30-ribu tapi fasilitasnya wah.

Selain itu, St. Jakob berkesan karena ada kejadian menarik pada waktu saya di sana. Saat itu saya nonton penyisihan Liga Champions antara FC Basel vs Schalke 04. Pertandingan terhenti nyaris setengah jam karena ada aktivis Greenpeace yang mensabotase pertandingan. Mereka membentangkan spanduk raksasa dari atap stadion untuk memprotes aktivitas sponsor Liga Champions, yaitu Gazprom, yang dianggap mencemari lingkungan.

10. Segitu banyak stadion yang sudah didatangi, masih ada destinasi sepakbola impian yang belum kesampean kah? Stadion apa tuh?
Pasti masih ada. Belum kesampaian nonton Boca Juniors di stadion La Bombonera (Argentina-red) dan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park (Jerman-red). Oh ya, belum sempat ke UK juga sih, tapi tahun ini ada rencana ke sana.

Trip & Tips ala Mahir Pradana

Di sela-sela kesibukannya sebagai pelajar, Mahir dan sang istri, Nina, rajin traveling bareng. Meski kadang harus berjauhan, keduanya tetap menikmati waktu bersama saat traveling. Mengaku mencintai studi global yang turut memengaruhi caranya menulis, Mahir turut berbagi sedikit tips & trip impiannya.

⁠⁠⁠⁠11. As a traveler, punya persiapan khusus gak sih sebelum capcus traveling? Apa yang wajib ada di tas/koper seorang Mahir?
Paling persiapan berburu tiket murah, hehehe. Di Eropa cukup banyak maskapai murah dan cukup gampang menjangkau negara-negara berbeda. Peralatan khusus nggak ada, justru saya senang traveling minimalis dengan satu back pack saja.

12. Apakah seorang penulis novel Here, After ini mengalami kisah cinta saat traveling?
Jatuh cinta dengan orang yang dijumpai di perjalanan sih belum pernah. Tapi mungkin kisah cintanya traveling berdua istri, kadang road trip dengan nyewa mobil. Terus gentian nyetir.

13. Seandainya ada produser film yang mau membuat film dari kisah hidup Mahir, menurut lo bakal jadi film apa?
Ah, nggak banyak yang menarik kok di hidup saya hehehe. Mungkin tentang kenaifan berburu mimpi sampai akhirnya perjalanan itu menjadi penentu arah hidup saya, dalam artian karir. Soalnya saya kan nggak pernah pilih-pilih harus studi di universitas bagus di negara tertentu, cukup dengan naïf saja yang penting bisa traveling dan nonton sepak bola. Eh ternyata sekarang saya bisa kuliah doktorat dengan status sebagai dosen sebuah perguruan tinggi di Indonesia.

14. Ever imagine a family traveling? What would Mahir Pradana & Nina Ardianti's version of family traveling?
Ya, tentu saja. Insya Allah kalau diberi rezeki anak, anak-anak kalau sudah berusia balita akan dibiasakan traveling, meskipun ke daerah-daerah dekat dulu. Yang penting kegembiraan berada di perjalanan terus terasa, dan kebiasaan mengamati sekitar dipupuk sejak dini.

15. Terakhir, boleh nih sedikit sharing tips menulis cerita perjalanan khas Mahir?
Saya juga masih belajar sih. Tapi saran saya menulis cerita perjalanan nggak perlu setelah traveling ke tempat jauh atau bombastis. Bisa dimulai dengan perjalanan mudik ke kampung halaman. Maksimalkan semua panca indera untuk mengamati apa yang dilihat dan dirasakan selama di jalan. Lalu tuangkan ke dalam tulisan.
****
Terima kasih, Mahir Pradana! Satu hal yang bisa dipetik darinya adalah sebuah nama, sesederhana apapun itu, tak akan bisa menjadi satu torehan di hati tanpa karya dan semangat juang dari si empunya..

Pantas bila catatan perjalanannya di Home & Away sungguh nikmat dibaca. Seolah sedang membaca novel, tapi bukan fiksi, karena membawa pembaca menjadi Mahir dan merasakan apa yang terjadi saat itu. Ga sabar nunggu karya-karya kece berikutnya sehingga bisa menginspirasi siapa saja untuk terus berkelana mengejar impian.

"Saya memejamkan mata dan membiarkan udara hangat Valencia membelai rambut dan kulit saya, lalu masuk melalui rongga hidung ke dalam paru-paru saya. Telinga saya berusaha menangkap berbagai sorak-sorai dan nyanyian dalam bahasa Spanyol. Meskipun kebanyakan seruan itu saya tidak pahami, luapan ekspresi kegembiraan atas kemenangan itu terekam untuk selamanya di dalam otak saya." - Home & Away

You Might Also Like

2 comments

  1. Aku pun mau banget suatu hari ke Stadion La Bombonera... Nice share :))

    www.iamandyna.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eyaampuuun..sama juga pengen banget ke Stadion-stadion di Amerika Selatan.

      Terima kasih sudah berkunjung, kakak kece! :D

      Delete