Menemukan Indonesia di Bremen

February 15, 2017

Jika bepergian, kami paling suka mengunjungi tempat yang ada keterkaitan dengan Indonesia, baik sejarah masa lalu maupun kontemporer. Kali ini mau cerita tentang Bremen yang bisa ditempuh dengan kereta selama 1,5 jam dari kota kami, Osnabrück.

Bremen adalah sebuah kota di Jerman bagian dari Free Hanseatic City of Bremen, terjemahan bebasnya kota perdagangan dan pelabuhan mandiri yang biasanya merupakan satu provinsi sendiri walaupun luas wilayahnya kecil. Tidak seperti provinsi-provinsi lain yang memiliki banyak kota, Free Hanseatic City of Bremen (atau singkatnya provinsi Bremen) hanya terdiri dari dua kota, Kota Bremen sebagai ibukota, dan kota pelabuhan Bremerhaven (untuk lebih jelasnya bisa search dengan kata kunci: Hanseatic League).

Bremen adalah kota perdagangan dan industri, kota kedua dengan penduduk terbanyak di utara Jerman, sekaligus pusat budaya dan ekonomi. Bremen juga merupakan rumah bagi berbagai perusahaan multinasional dengan pelabuhan besar yang sibuk. Banyak kapal dari seluruh dunia singgah di sini.

Anak-anak belajar bermain Gamelan di Übersee-Museum Bremen

Bremen mempunyai beberapa keterkaitan dengan Indonesia khususnya karena tembakau. Jaman sekolah dasar dulu, di buku RPUL atau Buku Pintar, saya pernah membaca "Pusat pelelangan tembakau Indonesia terbesar di dunia ada di Bremen, Jerman." Waktu itu sih tentu sepenggal informasi itu masuk ke kepala hanya dalam bentuk hapalan. Ternyata memang demikian adanya. Kegiatan pelelangan tembakau asal Deli, Sumatera Utara di Bremen secara resmi dimulai sejak tahun 1959. Sebelumnya, proses pelelangan tembakau hasil perkebunan Indonesia dilakukan di Belanda. Namun sejak 13 Februari 1959 hingga saat ini, perusahaan asal Bremen yang bernama "Deutsch-Indonesische Tabak Handelsgesellschaft GmbH & Co KG (DITH)" melakukan lelang tembakau asal Indonesia secara eksklusif. Selain perdagangan tembakau, komoditas Indonesia lain yang cukup banyak diekspor ke Bremen di antaranya produk pertanian, kayu, meubel, makanan dan minuman.

Keterkaitan yang kedua adalah karena pelabuhannya yang banyak disinggahi kapal dari seluruh dunia, termasuk kapal-kapal pesiar atau kapal cargo asing dengan awak yang berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia. Dalam beberapa kali kunjungan ke Kota Bremen, saya selalu bertemu dengan segerombolan mas-mas Indonesia yang ternyata adalah para awak kapal. Biasanya kami bertegur sapa dengan gembira, sekaligus bercerita singkat sebelum kemudian berpisah.

Sementara itu, berikut ini adalah beberapa tempat favorit kami di Bremen.

Übersee-Museum Bremen
Museum ini lokasinya tepat di depan Bremen Hauptbahnhof (Bremen Central Station). Museum ini favorit saya di antara museum-museum yang pernah kami kunjungi di Jerman. Selain displaynya informatif, menarik dan beraneka ragam, juga karena banyak ditemukan berbagai informasi tentang Indonesia (tetep ya :D). Kami menemukan foto dan sejarah Candi Borobudur, berbagai jenis wayang golek beserta informasi singkat tentangnya, topeng-topeng khas Indonesia, baju adat, sejarah perdagangan tembakau, sejarah Kretek, kapal-kapal yang digunakan oleh pelaut Indonesia di masa lalu, hingga seperangkat komplit Gamelan yang bisa dimainkan oleh pengunjung (tapi harus membuat janji dulu). Waktu kami kesana, beberapa anak TK sedang mencoba bermain gamelan. Perasaan bangsa jajahan yang rendah diri ini langsung membuncah bangga, melihat begitu banyak orang yang tertarik dengan kampung halaman nan jauh dimato.

Selain itu, museum ini juga menginformasikan berbagai hal tentang sejarah, budaya, binatang, dan lain-lain dari seluruh dunia. Cocok sekali untuk anak-anak belajar.

Bremen Markt Square (der Bremer Marktplatz)
Yang wajib didatangi jika kita mengunjungi kota-kota di Eropa khususnya di Jerman yaitu alun-alunnya, dalam bahasa Inggris disebut Markt Square, atau dalam bahasa Jerman Marktplatz. Di tempat ini terdapat Rathaus (Balai Kota), kantor pemerintahan yang gedungnya tua, cafe-cafe cantik, museum, dan sebagainya. Begitu juga di Bremen Marktplatz, yang konon adalah salah satu yang tercantik di Jerman. Di sana terdapat gedung Rathaus yang cantik dan Patung Roland yang merupakan salah satu Unesco World Heritage Site. Selain itu terdapat juga Bremen Dom (katedral) yang berdiri sejak tahun 1041. Jadi, foto-foto di Markt Square ini termasuk kegiatan wajib..apalagi di hari musim panas yang cerah.

The Bremen Town Musician, keledai, anjing, kucing dan ayam yang berdiri bertumpuk.
Patung Bremen Stadt Musikanten (The Bremen Town Musician)
Patung Bremen Stadt Musikanten ini juga lokasinya masih di sekitar Markt Square. Patung ini dibuat berdasarkan cerita rakyat "The Bremen Town Musician" atau "die Bremer Stadtmusikanten" karangan Brothers Grimm. Ceritanya tentang seekor keledai, seekor anjing, seekor kucing, dan seekor ayam yang telah melewati masa-masa produktifnya di pertanian. Saat itu nasib mereka terancam terusir dan diperlakukan kasar oleh para tuannya. Lalu mereka masing-masing memutuskan meninggalkan rumah dan menuju ke Bremen, yang terkenal sebagai kota kebebasan, untuk hidup di sana sebagai musisi.

Di perjalanan menuju Bremen, mereka melihat sebuah rumah yang menyala tengah malam dan di dalamnya terdapat empat orang perampok sedang menikmati hasil curian. Keledai, anjing, kucing, dan ayam lalu berdiri di atas punggung satu sama lain untuk menakut-nakuti para perampok, yang berhasil kabur karena ketakutan dengan siluet keempat hewan yang bertumpuk dan suara-suara yang dibuatnya. Akhirnya keempat hewan tersebut mendapatkan makanan dan tempat untuk bermalam. Keesokan harinya para perampok kembali datang untuk meyelidiki, ada apa sebenarnya di rumah itu. Lalu keempat hewan tersebut menyerang para perampok sekuat tenaga dengan cakar, tendangan, dan sebagainya hingga mereka berhasil membuat para perampok kabur untuk selamanya. Sejak saat itu, para hewan tersebut hidup berbahagia tanpa gangguan dan batal menuju Bremen untuk menjadi musisi.

Patung the Bremen Town Musician ini dianggap sebagai lambang kota Bremen dan jadi spot wajib buat berfoto. Jadi kalo mau foto di situ ngantrinya ampun-ampunan.

Schnoorviertel
Adalah bagian Kota Bremen yang tertua yang masih berdiri sejak Abad Pertengahan, lengkap dengan rumah-rumah bangunan asli yang mini-mini yang saat ini dijadikan toko, kafe, penginapan, dan sebagainya. Di daerah ini mobil tidak diperbolehkan masuk, sehingga pengunjung bisa berjalan kaki dengan lebih nyaman. Rumah-rumah dan bangunan yang mini-mini ini sangat berbeda dari rumah-rumah tua Jerman yang biasanya tinggi besar. Rumah-rumah di Schnoorviertel lebih mirip dengan rumah-rumah di Belanda jalan dulu. Mungkin karena letaknya sama-sama dekat dengan pesisir utara Eropa. Saat ini, Schnoorviertel adalah kawasan turistik yang ramai dengan berbagai toko dan kafe kreatif yang lucu-lucu (tapi harganya agak mahal).

Tempat makan enak di Bremen
Sesungguhnya, tak banyak tempat makan yang pernah kami coba di Bremen. Paling sering biasanya kebab, karena murah dan gampang ditemukan. Kami beberapa kali berniat ingin mencoba dua restoran Indonesia yang ada di sana, tapi sampai saat ini belum sempat. Salah satu yang pernah kami coba dan ternyata cukup enak adalah Restoran Turki bernama "Mersin Tantuni & Grillhaus."

Nah..sekian dulu cerita kami dari Bremen :)

You Might Also Like

21 comments

  1. Patung hewan yang bertumpuk itu tampak unik ya, kisahnya juga menarik
    Bagaimana hewan2 yang berbeda jenis ini bisa bersatu padu seperti itu melawan perampok. Keren deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul..saya juga sukanya disitu, dimana mereka sesama hewan ynag terbuang berkumpul, bekerja sama saling melindungi sampe sukses meraih tujuan :)

      Delete
  2. semoga suatu saat nanti bisa sampai Bremen & Osnabrück. Amiin

    ReplyDelete
  3. Wah, tau klo anak2 diluar negeri belajar kebudayaan gamelan rasanya bangga. Mudah2an anak2 negeri sendiri juga gak kalah semangatnya belajar budaya sendiri ya Teh...

    Keren ih udah menjejakkan kaki di bremen... 😆😆😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul..rasanya bangga2 gimana gtu😜.

      Makasih udah mampir :)

      Delete
  4. Butat..
    Bremen sama Hamburg pelabuhannya ramean mana? Katanya bos besar mau relokasi perwakilan dagang di luar negeri.

    Barangkali Bremen bisa jadi pertimbangan. Hihi..jadi konsultan di kantor urang gih. :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Secara umum totalnya ramean Hamburg, lebih metropolis dan ekonomi Hanseatic city Hamburg lebih baik daripada Bremen.

      Mei 2016 udah buka House of Indonesia di Bremen loh 😁*nemu pas riset sblm nulis

      Delete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  6. Keceee,
    cuma bagian yg ien sukaaa (baca: makan) ulasannya cm dikit tat...��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha..lain kali dibahas terpisah ya soal makanannya :D

      Delete
  7. Teh, ditunggu ah yg kulineran :D
    Cafe2 cantik di alun2, mauuu.. Ulas juga teh, ngafe di sana ...😄 Mau tauuu..
    Bremen kenal di sekolah dulu ya tembakau 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha..semoga datanya cukup nih buat nulis kuliner Bremen.
      Iya kaan..pasti Bremen ingetnya tembakau 😁

      Delete
  8. Ah.. setelah diceritain kisahnya baru ngerti kenapa keempat hewan itu saling bertumpuk seperti itu patungnya.. Wah.. foto di patungnya sampai antri? Jadi ingat jl. Malioboro :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..ini cerita rakyat Jerman..seperti halnya cerita rakyat di berbagai daerah di Indonesia, inipun ceritanya rada2 unik-ajaib 😁.
      Mungkin harus ngantri karena iconik bgt patung ini buat turis.
      Jadi penasaran pengen ke Malioboro lagi 😊

      Delete