Naik Perahu di Venice-nya Belanda

January 28, 2017

Ada yang kurang kalau kita berkunjung ke negeri di barat Benua Eropa yang posisinya di bawah permukaan air, Belanda, tanpa mencoba wisata perahunya. Kali ini saya mau berbagi pengalaman ketika berwisata perahu di sebuah desa yang menjadi Venice nya Belanda, Giethoorn.

Desa Giethoorn terletak di Provinsi Overijssel, berlokasi di wilayah Timur Laut Negara Belanda. Wisata di desa ini menjadi pilihan yang pas banget buat kita-kita mahasiswa yang kurang piknik dan ingin sekejap melupakan kuliah, exam, dan tumpukan tugas beserta essay yang tiada hentinya. Tapi bukan berarti Giethoorn nggak cocok buat mereka yang bukan mahasiswa. Buktinya pengunjung yang datang ke Desa Giethoorn ini sangat beragam. Mulai dari rombongan anak sekolah, keluarga, sampai rombongan kakek-nenek dapat kita temui ketika berkunjung ke Giethoorn.

Dinamakan Giethoorn karena dahulu penduduk sini disini menemukan ratusan tanduk kambing atau goat horns (dalam bahasa Belanda disebut geitenhorens). Sejak itu desa ini dinamakan Giethoorn. Desa Giethoorn terkenal dengan sebutan Venice nya Belanda atau ‘The Venice of Holland’. Nama ini karena lokasi desanya berada di pusat dari sistem Kanal Provinsi Overijssel yang tentunya memiliki banyak kanal dan hampir semua aktivitas transportasi dilakukan dengan bantuan perahu seperti di Venice. Di desa ini tidak ada jalan untuk mobil lho. Uniknya juga, karena tidak adanya jalan untuk mobil, beberapa rumah-rumah di desa ini tidak bisa diakses oleh jalur darat. 

Pengunjung bisa menyewa perahu yang digunakan untuk berkeliling Giethoorn melalui kanal-kanal khas Belanda dengan pemandangan rumah-rumah unik dan hijaunya pepohonan. Oh ya satu boat kecil bisa dinaiki oleh lima atau maksimal enam orang penumpang, dan perahu kecil yang kita sewa sudah dibekali dengan mesin. Jadi kita tidak perlu sibuk mendayung, hanya sesekali mengatur arah boat saja. Bagi teman-teman yang phobia air atau suka pusing kalau naik perahu, tidak usah khawatir, tersedia area bagi pejalan kaki dan jalur sepeda. Penyewaan sepeda juga tersedia disini. Walaupun sebenarnya, pengalaman naik perahu itu yang paling berkesan ketika berkunjung ke Giethoorn.

Khusus hijaunya pepohonan, hanya tersedia ketika spring dan summer ya. Kebetulan ketika saya berkunjung, saat itu masih spring dan summer baru akan datang sehingga mata kita dimanjakan oleh hijau pepohonan dan bunga-bunga yang bermekaran. Cantik sekali. 

Asiknya lagi, waktu kita keliling Giethoorn dengan perahu, salah satu teman saya membawa gitar. Jadinya, selain suara bebek dan hebohnya tawa pengunjung lain, kita menyumbang sedikit kebisingan dengan suara gitar dan nyanyian lagu-lagu indonesia.

Selain wisata kanal, Giethoorn juga memanjakan para museum lovers dengan menghadirkan tiga museum yang bisa dikunjungi. Het Olde Maat Uus, Museum de Oude Aarde, dan The Histomobil. 

Museum Het Olde Maat Uus berisi berbagai macam tipe rumah para petani di Giethoorn di tahun-tahun yang lalu. Sedangkan Museum de Oude Aarde menyajikan koleksi-koleksi batu permata (gemstones) yang katanya unik-unik. Museum ini sepertinya cocok buat penggemar gemstones yang sempat heboh di Indonesia. Nah, untuk teman-teman yang suka kendaraan, di Museum Histomobil kalian bisa melihat koleksi mobil, motor dan berbagai alat angkut lain yang pernah dan biasa digunakan oleh penduduk Belanda. Mungkin semacam museum alat angkut yang ada di Malang kali ya. Sayangnya ketika saya mengunjungi Giethoorn, saya tidak sempat melihat museumnya, jadi tidak bisa bercerita begitu rinci mengenai isi museumnya. Untuk bisa masuk museum, teman-teman harus membayar tiket masuk museum. Harganya bervariasi namun tidak mahal, tidak lebih dari 5 euro per orang nya dan biasanya ada korting lagi untuk mahasiswa. 

                                                                       Sekitaran Giethoorn

Ketika lapar datang, kondisi aman terkendali karena beberapa restaurant dan kafe dapat kita temui di Giethoorn. Saya hanya mencoba ice cream di salah satu kafe saja karena waktu saya berkunjung, kita membawa bekal sendiri, makanan indonesia khas sunda lengkap dengan sambalnya. 

Bagi pengguna transportasi publik untuk mengunjungi Desa Giethoorn, dari stasiun Zwolle kita bisa naik bus 71 (jurusan Emmeloord via Zwartsluis) turun di Bus stop Zwartsluis, kemudian dilanjutkan dengan bus 70 (jurusan Steenwijk) dan turun di halte bus Dominee Hylkemaweg, Giethoorn. Sedangkan informasi lebih lanjut tentang Giethoorn, bisa teman-teman dapatkan pada websitenya langsung di www.giethoorntourism.com.

Tips saya untuk teman-teman yang akan mengunjungi Giethoorn, karena saya tidak terlalu tahan cuaca dingin, khusus untuk pengunjung asal Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis, disarankan mengunjungi Giethoorn ketika spring menuju summer. Dan jangan lupa juga untuk mengecek perkiraan cuaca sebelum berangkat, mengingat perubahan cuaca di Belanda yang unpredictable.

You Might Also Like

6 comments

  1. Dingin ya mbaaa... Aku jadi bayangin di sana..
    Biasanya bikin lapar klo dingin, berarti bisa makan terus aku klo di sana 😅 Tp desa dan kota sama2 indah ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi sudah mampir di blog kita.

      Iya lumayan dingin, angin nya Mba yang bikin dingin. Tapi selama peralatan perang (baca: jaket) kita lumayan tebel sih aman terkendali yah..hehe

      Delete
  2. Indah sekali mbak. Jadi ingin ke sana. Amiinnn.. :)

    ReplyDelete
  3. kota nya terlihat tenang dan nyaman gitu ya teh.. kapan euy bisa ke Belanda xD
    spring menuju summer itu sekitaran bulan apa teh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Teh Fera, tenang dan nyaman pisan...^^
      Spring menuju summer itu kitaran bulan Maret atau April

      Delete