Mikimoto Pearl Island: Pulau Mutiara di Teluk Ise Jepang

September 01, 2017

Mutiara bagi sebagian kaum hawa memiliki daya tarik sendiri dan tentunya perhiasan ini bernilai ekonomi yang cukup tinggi. Ada dua tipe mutiara yang sering ditemui, yakni mutiara laut dan mutiara air tawar. Di dunia mutiara air laut itu sendiri kemudian dikenal tiga jenis mutiara: akoya pearl, black pearl dan south sea pearl atau mutiara putih. Mutiara laut khas Indonesia yang terkenal keindahannya adalah mutiara putih atau south sea pearl Lombok yang tentunya berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mengunjungi sentra mutiara, namun bukan di Lombok, melainkan di Mikimoto Pearl Island - Jepang. 

Akhir 2015 lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Tepatnya ke suatu area bernama Mie Prefecture, sekitar 1 jam dari Nagoya atau 3 jam dari Osaka menggunakan kereta. Karena sifatnya bukan traveling suka-suka melainkan exchange program antar universitas, sehingga tempat-tempat yang kami kunjungi merupakan tempat yang sifatnya edukatif, salah satunya adalah Mikimoto Pearl Island yang terletak di Teluk Ise (Ise Bay). 

Dengan tujuan untuk menarik turis, pada tahun 1951 pulau ini dinamai Mikimoto oleh Mikimoto Kokichi, seorang entrepreneur pertama yang sukses melakukan budidaya mutiara sejak tahun 1893. Sampai saat ini, julukan King of Pearl terus melekat pada Mikimoto Kokichi. Salah satu produk mutiara Mikimoto yang terkenal adalah mutiara yang digunakan pada Mahkota Miss Universe tahun 2002 sampai 2007. Mahkota ini dinamai Mikimoto Crown yang harga asuransinya saja mencapai 250.000 USD. 

Di Pulau Mikimoto ini kita bisa menjumpai Museum Mutiara dan Mikimoto Kokichi Memorial Hall . Untuk destinasi yang kedua, tempat ini sangat unik karena berbentuk rumah tradisional Jepang yang konon mengikuti bentuk asli kediaman Mikimoto saat itu. Suasananya dibuat agar terasa seperti berada di rumah tradisional Jepang jaman dahulu. Kisah hidup Mikimoto, sang King of Pearl, dalam membudidayakan mutiara dapat kita lihat di tempat ini. 

Selanjutnya, museum mutiara yang sangat menarik perhatian kami. Penjelasan tentang mutiara, proses-proses budidaya mutiara serta sejarah perkembangan budidaya Mikimoto Pearl dapat kita temui di museum ini. Informasi yang diberikan pada setiap proses budidaya sangat detail. Dilengkapi dengan foto, alat dan bentuk mutiara yang dihasilkan pada proses tersebut. Mengingat banyaknya turis asing yang berkunjung, setiap informasi sudah disampaikan dalam dua bahasa, Jepang dan Inggris. Jadi, para turis yang tidak bisa membaca kanji Jepang seperti saya tidak perlu merasa khawatir.

Sejak awal terjun melakukan budidaya mutiara, Mikimoto selalu mencari penjelasan secara scientific. Tersebutlah Prof. Kakichi Mitsukuri, seorang ahli biologi kelautan Universitas Tokyo, yang memiliki jasa cukup besar akan keberhasilan Mikimoto membudidayakan mutiara. Sampai dengan saat ini, perkembangan kualitas dan kuantitas mutiara di Mikimoto Island selalu didasari oleh penelitian-peneitian yang dilakukan para akademisi. Sehingga terjadi hubungan mutualisme yang nyata antara antara pebisnis dan akademisi. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan mutiara juga dapat kita lihat di museum ini. 

Pada jam-jam tertentu, pengunjung Mikimoto Pearl Island dapat menyaksikan atraksi ama (penyelam tradisional wanita) dalam memanen tiram atau hasil laut lainnya. Para ama ini, yang rata-rata sudah paruh baya, menyelam tanpa bantuan alat selam modern lho. 

Bagi pengunjung yang ingin membeli mutiara Mikimoto untuk oleh-oleh atau koleksi pribadi, tersedia juga shopping centre yang menawarkan mutiara dari harga terendah hingga harga yang sangat tinggi.  

Setelah berkeliling, tidak usah khawatir sulit mencari rumah makan. Karena tentunya kawasan ini telah dilengkapi dengan restaurant yang menyajikan berbagai olahan seafood khas Jepang. 

Saat berkunjung, kami sempat melihat ada sekelompok orang yang sedang syuting. Kemudian Profesor pendamping kami menghampiri dan berkata bahwa kami sangat beruntung karena dapat bertemu Ibu Dewi yang saat itu sedang syuting untuk acara televisi Jepang. Saya sempat bingung siapa ibu Dewi yang dimaksud. Tidak disangka sosok perempuan yang saya kira adalah artis utama acara tersebut menyapa rombongan kami. 

“Dari Indonesia ya?” Tanyanya.

Jujur saat itu saya terkejut karena ada artis Jepang yang menyapa dalam Bahasa Indonesia, hehe. Setelah Profesor saya membisiki bahwa Ibu Dewi yang dimaksud adalah first lady dari Soekarno, kami langsung ngeuh bahwa beliau adalah Ibu Dewi Sukarno, salah satu istri Presiden Soekarno. Kami pun sempat merasa sungkan untuk meminta foto bersama, karena karakter beliau terkenal sebagai wanita yang galak dan to the point. Namun, berbeda dari pemberitaan media yang berkesan galak, Ibu Dewi sangat ramah mengiyakan permintaan kami untuk dapat berfoto. 


Nah untuk teman-teman yang akan berkunjung ke Mikimoto Pearl Island, dapat menggunakan kereta JR dan Kintetsu menuju Toba Station. Dan dari stasiun, cukup berjalan 10 menit untuk dapat sampai di kawasan turis Mikimoto Pearl Island. 

You Might Also Like

0 comments