Trip to Malang Raya

February 28, 2009

It was started on Thursday morning. Karena beberapa hal yang agak mendadak, saya jadi ujug-ujug harus berangkat ke Kota Batu (Malang Raya) sore itu. Jam 15.30 hari Kamis tanggal 19 Februari, saya dan seorang teman berada dalam taksi menuju ke Bandara Soekarno-Hatta (dari daerah Pejompongan) dengan perasaan takut telat. Soalnya pesawat yang akan kami naiki jam 16.50. Akhirnya, jam 16.50 saya pun terbang menuju Surabaya naek Mandala (It was my second flight..hehehe...kampring).

Pesawat mendarat di Surabaya jam 18.20, dengan cuaca di Surabaya hujan. Kami langsung menuju bis Damri yang akan menuju terminal Bungurasih Surabaya. Perjalanan Juanda-Bungurasih sekitar 30 menit ongkosnya Rp. 15.000. Sambil menunggu bis penuh, saya bertanya ke kondektur bisnya, kalo mau ke Malang sebaiknya turun di mana. Dengan penuh semangat si Bapak langsung ngejelasin pake bahasa Jawa, lengkap dengan nyebutin nama-nama daerah ini dan itu. Demi menghargai Bapak yang baik hati tersebut, saya pun mengangguk-angguk so’ ngerti. Ketika akhirnya Bapak tersebut nanya “Sampeyan orang sini toh?”, dan saya pun menjawab “Bukan Pak”. Kemudian si Bapak lagi, “ngerti bahasa Jawa?”, dan saya pun menjawab “Ngga Pak”. Si Bapak melanjutkan, “Oalah...gimana toh..” akhirnya seorang Mas2 di depan tempat duduk saya menjelaskan pake bahasa Indonesia ini dan itu nya.

Kemudian kami pun sampai di terminal Bungurasih. Mas2 yang tadi menunjukkan kami tempat beli tiket bis patas yang menuju ke Malang. Tapi kemudian di tempat beli tiket tadi, seorang Bapak menasehati agar kami tidak membeli tiket bis di bawah, “Jangan sekali-kali beli tiket di bawah. Belinya nanti aja kalo udah di atas bis”. Gitu katanya, soalnya yang di bawah itu calo dan harganya bisa berkali-kali lipat! (harga sebenarnya: Rp. 15.000) Selanjutnya Bapak itu mengantar kami ke tempat ngetem bis Patas jurusan Malang. Saat itu waktu menunjukkan pukul 20.00. Sebelum bis berangkat, kami membeli roti dan air minum, soalnya perjalanan agak lama (sekitar 2 jam).

Ketika akhirnya bis berangkat, saya memilih duduk dekat jendela, biar bisa mengamati jalan yang dilewati. Beruntung sekali, saat itu jalanan tidak macet. Bis berjalan dengan kecepatan tinggi. Saya terus mengamati jalan, hingga melewati kepulan asap dari semburan lumpur Lapindo. Ini ketiga kalinya saya lewat sini. Miris, ketika saya melewatinya untuk yang kedua kali, saat itu siang hari dan banyak orang yang sengaja berkunjung seolah-olah berwisata. Di satu sisi korban Lapindo menderita, sementara yang lainnya menjadikan itu sebagai objek wisata.

Candi Songgoriti di Kota Batu
Jam 21.30, bis memasuki terminal bis Arjosari Malang. Dari situ kami mencari “lyn” (dibaca: len) ADL yang akan membawa kami ke terminal Landungsari, Batu. Lyn adalah sebutan orang Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) dan ternyata juga Surabaya (mungkin juga daerah-daerah lain di Jatim) untuk angkot. Satu temuan lagi, bahwa ternyata Batu merupakan sebuah kota mandiri, yang terdiri dari tiga kecamatan, bukan lagi bagian dari Kabupaten Malang (sejak ±1999). Ongkos angkot ADL jurusan Arjosari-Landungsari ini sekitar Rp. 4000, perjalanan sekitar 30 menit.

Selanjutnya, kami berdua dijemput oleh teman di terminal Landungsari. Dari Landungsari menuju Songgoriti (tempat acara berlangsung) sekitar 15 menit. Jalanan menuju Songgoriti mulai menanjak dan sedikit berkelok-kelok seperti Jalan menuju Lembang, Bandung. Saat itu jam sudah menunjukkan ±22.00.

Kami sampai di Songgoriti sekitar jam 23.00. Tempat tujuan saya kali ini berada di sebuah hotel pemandian air panas jadul di Songgoriti, Malang.

Sebetulnya, banyak temuan-temuan lain yang saya dapat dari perjalanan ini, terutama tentang bahasa (bahasa Jawa). Kapan-kapan disambung lagi deh ya ;)

You Might Also Like

0 comments