Pengalaman menginap di Karavan

October 12, 2016

Kesempatan menginap di dalam sebuah Karavan datang ketika kami mengunjungi beberapa teman di Praha, Republik Ceko musim panas 2015. Empat orang teman ini pernah mengunjungi Indonesia tujuh tahun yang lalu. Kami berkenalan di Jakarta. Lalu ketika waktunya memungkinkan untuk melakukan kunjungan balasan, kamipun menghubungi mereka. Beruntung mereka lalu bersedia menampung kami selama satu minggu bergantian. Selain untuk menghemat pengeluaran, menginap dengan warga asli juga memberi kami pengalaman lebih daripada sekedar menginap di hostel atau sewa apartemen dari AirBnB.
Teman-teman kami yang masih bisa ditemui yaitu Josef, Monika, dan Tomas. Dua malam pertama di Praha, kami menginap di apartemen Monika. Dua malam selanjutnya kami menginap di rumah ibunya Josef yang berjarak 3 jam perjalanan mobil dari Praha. Satu malam kami menginap di karavan di pinggiran kota Praha, dan 1 malam lagi kami menginap di apartemen ibunya Tomas di Praha.
Nah saya ingin bercerita pengalaman kami menginap di karavan. Josef, Monika dan Tomas mengajak kami datang ke Ambient Festival Libechov 2015 karena teman-teman mereka yang sebagian besar para aktifis lingkungan akan berada di sana. Mereka mengatakan bahwa Saya, Ayah Alif, dan Alif, bisa menginap di salah satu karavan di sana. Festival musik nya akan menampilkan musik-musik alternatif yang terkait dengan meditasi dan penyembuhan. Sungguh saya tak tahu jenisnya seperti apa. Tapi sudahlah..kami iya-iya aja. Anggaplah petualangan baru.

Setelah mobil yang dikemudikan Josef menjemput Tomas, kami berangkat menuju luar kota Praha. Pertama kami berhenti di pinggir sungai dan bertemu dengan Monika dan kawan-kawan yang sedang berenang-renang di sungai. Hem..enaknya.. andaikan kami membawa baju renang. Karena hujan turun, lalu kami bergegas menuju camp tempat festival musik diadakan. Lokasinya berada di sebuah bukit yang jauh dari kawasan permukiman penduduk, di tengah-tengah perkebunan cherry dan aprikot yang tampak sudah tidak terurus, dikelilingi oleh hamparan lahan pertanian tanaman sejenis gandum/barley. Pada hari-hari biasa tanpa festival, perkebunan itu ditinggali oleh satu komunitas anarko yang hidupnya sangat minimalis, sesedikit mungkin menggunakan energi, listrik, dan peralatan hidup modern.


Di lokasi camp sudah terdapat beberapa tenda yang terdiri dari: tenda makan tempat penjualan makanan dan minuman (semua makanan yang dijual tidak mengandung unsur hewani) serta tempat orang bisa duduk-duduk di sofa, tenda musik tempat alat-alat musik dan pemain musik tampil, serta tenda-tenda kecil peserta tempat para pengunjung tidur. Awalnya saya bingung harus melakukan apa. Josef, Monika, dan Tomas langsung berbaur dengan teman-teman mereka setelah menunjukkan beberapa hal seperti cara beli makan, toilet, dan lain-lain. Barang-barang kami untuk sementara masih tersimpan di bagasi mobil Josef. Alunan musik yang terdengar seperti musik meditasi mengalun dari tenda musik. Akhirnya saya, ayahnya Alif, dan Alif mulai melihat-lihat sekeliling dan mengobrol dengan orang-orang. Berkenalan, lalu bertanya asal, lalu mengalirlah cerita-cerita lain. Sebagian besar dari mereka kaget melihat ada orang asing dari Asia terselip di antara pengunjung yang sebagian adalah orang Ceko plus beberapa peserta dari negara Eropa lain.

Ketika saya dan ayahnya Alif mengobrol dengan orang-orang, Alif terlihat asik bermain-main dengan anak-anak yang dibawa pengunjung lain. Ternyata ada juga pengunjung yang membawa anak balita bahkan bayinya ke camp ini. Anak-anak bermain dengan benda-benda yang bisa mereka temukan di sana, batang kayu, dan lain-lain.
Ketika hendak membeli makanan, saya berkenalan dengan seorang perempuan muda Ceko yang mengaku pernah ke Indonesia bersama temannya. Lalu datanglah sang teman yang ternyata sangat lancar berbahasa Indonesia. Dia memakai sarung di lehernya. Kamipun lalu asik mengobrol dengan bahasa Indonesia..hehe..

Ketika malam tiba, Josef mengajak kami untuk menurunkan bawaan dan menunjukkan karavan tempat kami akan menginap. Yups..ternyata kami akan menginap di sebuah karavan tua yang cukup besar. Di dalamnya terdapat dua ruangan, sebelah kanan pintu adalah kamar tidur lengkap dengan tempat tidur dan meja, sebelah kanan adalah dapur. Di lantai dapur terdapat sebuah kasur menghampar dan seorang pria bule tertidur. Orang itu ternyata adalah orang Amerika yang sedang keliling Eropa dan ditampung menginap di situ..nasibnya kurang lebih sama seperti kami. Kami dipersilakan untuk menempati tempat tidur di sebelah kanan, sementara Josef, Monika, Tomas dan kawan-kawan akan tidur di tenda di luar karavan. Ah..kami jadi terharu..baik sekali mereka. Kami bertiga lalu beristirahat di atas tempat tidur di dalam karavan. Untunglah masih muat untuk kami bertiga :D.

Kalo mules, ikutin tanda ini :D
Keesokan harinya, saya terbangun dan ingin ke toilet. Hal yang sengaja saya hindari dari malam sebelumnya, karena mendengar dari suami bahwa di toiletnya tidak ada air. Toiletnya adalah ecotoilet yang menggunakan sejenis sekam untuk menutup bau. Lalu pergilah saya ke bilik kayu tersebut sambil membawa sebotol air. Terdapat dua ruang toilet yang bisa digunakan. Di pintu kayu bagian atas terdapat lubang yang memungkinkan orang untuk melihat wajah orang yang sedang nongkrong di dalam, agar orang diluar tahu bahwa ada yang sedang menggunakan toilet. Di bilik kecil tersebut ada dudukan kayu mirip dipan yang berlubang, di bawah lubang terdapat ember untuk menampung kotoran. Tisu toilet tentu tersedia. Di pojokan bilik terdapat satu ember sekam. Jika sudah selesai membuang hajat, ambillah satu sekop sekam dan gunakan untuk menutup kotoran di bawah lubang. Ajaib, sama sekali tidak ada bau ga enak yang tercium di dalam bilik. Jika sudah penuh, ada panitia yang akan mengganti ember. Ember yang sudah penuh dengan kotoran akan dibawa untuk dijadikan pupuk. Kebayang ngga? Hehehehe..agak-agak jijay tapi ya begitulah cara paling ramah lingkungan untuk mengolah hajat manusia. Sedangkan jika ingin mandi, terdapat satu bilik kayu di belakang karavan yang didalamnya ada bathtub sederhana.
Selesai sarapan lalu kami berjalan-jalan mengitari perkebunan cherry dan aprikot tersebut. Ternyata di bagian belakang perkebunan kami menemukan kandang ayam dan kambing milik komunitas yang tinggal di situ. Alif tampak senang melihat ayam-ayam berkokok dan kambing yang berlarian. Lalu kami iseng-iseng memetik buah cherry dan aprikot yang terjangkau tangan. Manis dan segar rasanya. Selain beternak, komunitas yang tinggal di sana juga membuat olahan makanan dan minuman dari cherry dan aprikot seperti selai, buah kering, dan wine.

Di luar perkebunan, kami bertemu dengan beberapa keluarga yang sedang berolahraga pagi. Udara pagi musim panas saat itu terasa sejuk di pagi hari dan cocok untuk berolahraga. Kami kembali ke camp menjelang sore, lalu bersiap-siap untuk kembali ke Kota Praha karena festival musiknya sudah berakhir. Begitu sampai di rumah Ibunya Tomas, kami langsung mandi dan bersih-bersih total. Di luar dugaan, si Alif tampak menikmati perjalanan kami. Tak sedikit pun dia mengeluhkan sesuatu. Berarti lain kali bisa diajak ikut perjalanan yang lebih ekstrem :)).

You Might Also Like

4 comments

  1. Replies
    1. Serem ya...hihi..akupun menahan ga pipis sesorean dan semaleman, sampe akhirnya perut mules dan mau gamau harus ke toilet
      -_- ---Tatat

      Delete
  2. Aku di pernah ngerasai ke wc alam pas kemping di gunung (gali lubang mirip kucing lah) aja bisa 3hr pulang kemping suka mual bayanginnya lah ini ga kebayang yang bawa sekamnya ya hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya...haha...walopun karena ketutup sekam warna hitam dan ga ada bau, jadi ga terlalu syerem :)) -- tatat

      Delete