Tantangan Ibu Perah Saat Traveling Tanpa Bayi

October 19, 2016

"Breastfeeding: Ready Made with Love"
Dear para Ibu, siapa yang sepakat bahwa menjadi Ibu adalah anugerah terbaik dari Tuhan? *unjuk dua tangan ke atas* Tapi memang menjadi Ibu bukanlah hal yang mudah. Baik newmom maupun oldmom, baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja pasti bakal terus menerima ragam tantangan tersendiri. Percaya deh dengan apa yang dikatakan Rudy! #ehRudysiapaya

Salah satu tantangan terbesar saya sebagai newmom (waktu itu) sekaligus ibu bekerja adalah bagaimana tetap keukeuh menyusui saat ditugaskan kantor untuk dinas. Tepat saat si sulung hendak berusia 6 bulan, waktu belajar makan, saya dikirim ke Bangkok, Thailand, untuk mendampingi para pelaku usaha mempromosikan produknya di Pameran Thaifex. #mewek

Saat itu saya ijin untuk membawa serta si kecil dan suami. Eh begitu mengantongi ijin atasan dan rekan dinas, paspor suami malah gagal jadi tepat waktu. Akhirnya gagal boyong keluarga dan galau sepanjang kerja. Galau karena terpaksa merelakan si sulung mpasi pertama dengan tepung beras impor buatan pabrik. Tak hanya itu, program ASI ekslusifpun akhirnya gagal lantaran ASIP habis sebelum waktunya dan merelakan susu formula sebagai tambahan. I am a failed mom! T.T

Dunia terasa runtuh saat sadar bahwa saya lupa pula membawa serta peralatan memerah. Sepulangnya dari lokasi pameran dengan pakaian basah banjir ASI, bermodalkan informasi staf lokal Perwakilan RI saya langsung pergi ke pusat belanja terdekat dari hotel, Big C Supercenter yang berlokasi di depan Central World, Ratchadamri Rd. Padahal waktu itu sedang ada kudeta militer atas pemerintah Thailand yang berkuasa saat itu sehingga nyaris semua toko tutup lebih awal dan kemacetan parah terjadi akibat masyarakat ingin pulang lebih awal. Awalnya saya cari di toko farmasi tapi hasilnya nihil. Sulit bertanya kepada sales promotion "girl" transgender yang tidak mengerti fungsi hakiki dari sebuah payudara. Hingga akhirnya saya ingat bahwa supermarket besar pasti punya bagian bayi, langsung melangkahkan kaki dengan kecepatan tinggi dan bertemu dengan pompa manual Pigeon bagai menemukan berlian. #agaklebay

Kids Corner di IMPACT, Thailand
Perjalanan dinas saya di Bangkok memang sungguhpun penuh drama. Benak penuh memori tentang si sulung, rindu sangat. Namun rasa haru itu berganti bangga saat mendengar cerita pak suami tentang bagaimana tidak rewelnya si sulung dan menyukai pisang yang manis untuk menu tunggal mpasinya. Keinginan membawa si kecil sebenarnya didukung oleh adanya Kids Corner di area lokasi pameran. Pihak penyelenggara memang secara resmi melarang anak berusia dibawah 12 tahun untuk masuk ke pameran namun menyediakan Kids Corner ini buat si kecil agar tetap bisa ikut sang ibu tanpa mengganggu kegiatan bisnis. Solusi yang jarang dimiliki pameran di Indonesia karena di tanah air, pameran masih sangat identik dengan bazaar. Padahal ada peluang bisnis yang jauh lebih besar dari itu. Makanya saya bahagia sekali menemukan ruang menyusui di Jakarta Convention Center. Lain kali akan saya bahas dalam tulisan yang lebih dalam. :D

Selama dinas, saya memerah sebisa mungkin. Di hotel sepulang bekerja. Di dalam shuttle bus dalam perjalanan pulang. Maupun pagi hari sebelum berangkat ke pameran. ASIP disimpan dalam lemari es di kamar hotel. ASIP beku saya bawa dalam cooler bag yang diletakkan di kabin pesawat. ASIP ini sempat menjadi pertanyaan petugas bandara saat melewati keamanan bandara. Alhamdulillah setelah saya jelaskan kepada petugas bahwa cairan beku tersebut adalah breastmilk yang memang diperbolehkan dibawa ke dalam kabin pesawat, akhirnya bisa membawa oleh-oleh dan menambah stok ASIP yang sudah "tercampur" dengan susu formula selama kepergian saya.

ASI Terbaik, Namun Begitu Menantang
Kenapa sih kok kayaknya sampe segitu banget drama kehidupan demi bisa memberikan ASI buat bayi? Susu formula kan jauh lebih mudah didapatkan, ada dimana-mana. Gapake ribet perah-perah. Tapi buat saya, ASI itu penting bagi bayi kita dan hak bayi yang harus dipenuhi ibu. Waktu itu, pengetahuan saya hanya sebatas bahwa ASI adalah yang terbaik yang bisa diberikan ibu untuk bayinya.

Si sulung menyusui hingga usia 2 tahun 2 bulan. Saat saya hamil, si sulung tetap menyusui sambil disounding bahwa ada dedek di perut ibu yang gendut. "Nanti kalau Kakak sudah besar, saat Dedek lahir, Kakak gak nenen lagi. Nenen itu buat anak kecil," kira-kira begitulah kata-kata yang kerapkali saya jelaskan ke si sulung. Awal-awal memang butuh penyesuaian untuk menyapih si sulung dengan cinta dan tanpa memberikan pahit-pahit ke payudara saat si Dedek lahir. Namun si sulung berhasil meninggalkan nenen.

Saya menceritakan hal-hal diatas bukan bermaksud menilai ibu-ibu yang menyerah pada susu formula. Siapa saya yang menilai baik buruknya seorang Ibu? Kenal juga belum tentu kan ya.. Tapi ada sedikit ilmu yang saya rasa wajib dibagikan kepada para ibu, ayah, calon ibu, calon ayah, kakek, nenek, calon kakek, calon nenek, om, tante, siapa saja, sebagai bahan pertimbangan mereka sebelum menyerah pada susu sapi.

Talkshow "Keajaiban Menyusui"

Beberapa waktu lalu, saya diundang ke acara Talkshow "Keajaiban Menyusui" yang menghadirkan Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stanting MCA Indonesia, Iing Mursalin, dr. Falla Adinda, Sigi Wimala (public figure yang juga Ibu Menyusui dan mengurus anak tanpa ART), dan Ayah ASI Sogi. Acara itu sungguh menambah ilmu saya betapa pentingnya ASI bagi tumbuh kembang dan kesehatan anak.

Beberapa fakta dan data diungkapkan, diantaranya:
1. Tidak menyusui ternyata merugikan perekonomian global sebesar hampir USD 302 miliar pertahun.
2. Keluarga di seluruh dunia mengeluarkan USD 45 miliar pertahun untuk susu formula.
3. Pemberian susu formula yang tidak sesuai takaran yang dianjurkan dokter dapat memperbesar resiko terkena diare dan pneumonia bagi bayi.
4. Dengan menyusui, sebesar USD 256,4 juta dari biaya sistem kesehatan Indonesia untuk diare dan pneumonia dapat dihemat.
5. 14% anggaran bulanan keluarga Indonesia bisa diselamatkan dengan tidak membeli susu formula.
6. Lewat menyusui, akan lebih banyak bayi yang diselamatkan dari gizi buruk dan kematian juga mencegah kematian para ibu akibat kanker payudara.

Permasalahan menyusui di Indonesia nyatanya bukan hanya sekedar pilihan memberikan ASI atau susu formula bagi bayi. Tapi ketika pengusaha susu formula menggunakan cara yang tak etis untuk mempromosikan produknya. Saya menemukan video investigasi media Prancis di Indonesia tentang susu formula yang sungguh menyayat hati. Segitu mudahnya keluarga yang sudah miskin kemudian akhirnya harus menambah pengeluaran untuk susu formula lantaran bayinya sudah dicekokin susu formula dan air susu ibu tak lagi diproduksi. Sungguh disayangkan dan perlu ketegasan juga tindakan pemerintah untuk mengedukasi tenaga kesehatan di seluruh pelosok negeri. 


Data dan fakta memang membuktikan bahwa ASI adalah mukjizat terbaik Tuhan untuk para Ibu dan bayi. Namun segala yang terbaik seringkali adalah yang paling menantang. Kegagalan menyusui dan sudah minum susu formula hendaknya tak lantas membuat para ibu berhenti menyusui bayinya. Dibutuhkan tekad sekuat baja agar si kecil tetap mendapatkan yang terbaik dari ibunya. Menyusui adalah satu langkah awal, kegagalan di awal bisa diperbaiki lewat hal lain. Yang penting tetap semangat dan ajak support system memahami keinginan si ibu untuk terus berjuang tanpa mengecilkan hatinya..

You Might Also Like

0 comments