Pages

Menu Andalan saat Traveling

Seperti yang pernah saya tuliskan di sini, salah satu cara menghemat saat di perjalanan adalah dengan memasak. Jika kami menginap di tempat yang meyediakan fasilitas memasak, kami pasti usahakan memasak. Sebagai family traveller yang kalo pergi bawa anak krucil satu, memasak jadi pilihan hemat, sehat, dan halal. Apalagi kalo kita melakukan perjalanan ke negara-negara yang harga makanannya mahal-mahal.

Waktu di Budapest, kami menginap di apartemen murah yang kami sewa dari AirBnB. Selain bebas menggunakan apartemen itu untuk kami bertiga saja, kami juga bisa memasak. Di dapur apartemen tersebut ada kompor, panci, penggorengan, teh, kopi, dan gula yang bebas dipakai, sabun cuci piring, dan kulkas. Kemudian kami sempatkan berkunjung ke pasar tradisional Budapest yang sekaligus lokasi yang ramai dikunjungi turis, Central Market Hall untuk belanja sayur, buah, dan telur. Kami tidak membeli daging untuk menghindari kerepotan memasak. Sebelumnya, kami sudah mempersiapkan dari rumah membawa: roti tawar, selai, margarin untuk menggoreng, beras 200 gram (yang masaknya tinggal direbus), abon sapi, daaan....indomie. Haha..Indomie kami bawa karena ringan, praktis, dan enak. Kami juga membeli susu cair literan di supermarket untuk Alif.

Nasi, indomie goreng, abon, telor ceplok, dan ketimun
Untuk sarapan, kami mempersiapkan roti tawar selai, telor rebus, dan susu, serta teh tawar panas. Untuk bekal cemilan di jalan, kami biasanya membawa telur rebus dan pisang. Sedangkan untuk makan malam, kami memasak: nasi putih, abon, indomie rebus telor, dan dimakan dengan potongan ketimun segar. Boleh dibilang inilah menu andalan kami saat traveling :D.

Kali lainnya ketika menginap di vila teman di pedesaan Republik Ceko, kami berbelanja di kedai lokal yang menjual bahan makanan segar. Walaupun bahan makanan yang ada di sana tidak bisa untuk memasak hidangan Indonesia yang super lezat, kami tetap mencoba. Beruntung kami juga menemukan  tempe di supermarket kecil. Kemudian kami (saya dan suami) memasak oseng-oseng tempe paprika yang dimakan dengan nasi putih (beras bawa dari rumah seperti biasa). Oseng-oseng tempe yang dimakan dengan nasi itu dilengkapi dengan salat sayuran dan ditutup dengan kue yang dibuat oleh ibu dari teman saya. Yum..

Di kuali: nasi campur oseng tempe. Di mangkuk: salat
Ketika harus melakukan perjalanan non-stop selama 11 jam dengan kereta dari Wina ke Osnabrück, teman saya si Septi menyarankan saya untuk memasak indomie goreng di rumahnya untuk bekal di jalan. Bukannya saya menganjurkan untuk selalu makan indomie, tapi untuk diperjalanan, membawa bekal indomie memang praktis, ekonomis dan cocok dengan lidah Indonesia. Jika sudah kembali ke aktifitas normal, tentu kami tidak sering-sering makan indomie. Paling hanya sekali dalam sebulan.

Dengan memasak dan membawa bekal, pengeluaran untuk makan jadi lebih terkontrol. Tentu sesekali kami juga membeli makanan lokal, tapi jika perut sudah terisi, jajan-jajan pun jadi lebih rasional dan terkendali. Beda cerita jika kami melakukan perjalanan di Indonesia. Kami tidak merepotkan diri untuk memasak. Lah kan harga makanan murah-murah dan lezat, kecuali jika jalan ke gunung atau pulau yang tidak ada orang jualan. 


6 comments:

  1. Menyiapkan makanan yang cepat tetapi awet dalam perjalanan itu maha penting ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya...agar terhindar (mengurangi) dari godaan jajan yang terkutuk :D

      Delete
  2. dimanapun kapanpun, memang indomie juaranya ya teh hehhe...

    ReplyDelete
  3. makanan instan memang harusnya digunakan untuk keadaan darurat macem jalan-jalan di negri antah berantah dan saat terjadi bencana (ada kondisi ekstrim lain ga yang cocok? wkwkkw)

    kalo lagi lapang dan di tanah air, marilah kita masak aneka kekayaan nusantara~

    ReplyDelete
    Replies
    1. kondisi ekstrim lain: kalo lagi galau (galau krn apapun) & kalo lagi BT (indomie cengek ampuh buat saya mah).

      Iya..mari memasak..instan2 terus ga baik buat badan :|

      Delete