Awal tahun 2016, sekitar akhir
Bulan Januari saya diajak untuk ikut serta dalam monitoring kerusakan Teluk
Balikpapan yang dilakukan oleh pihak Kementrian Lingkungan Hidup Region
Kalimantan. Sebagai orang yang lahir di Balikpapan, jujur saja saya tidak pernah
sekalipun menjelajahi Teluk Balikpapan untuk sekedar mengetahui apa saja
kekayaan hayati yang dimiliki Teluk Balikpapan. Bagi saya ini adalah kesempatan
yang menarik.
Pelabuhan Kampung Baru Balikpapan |
Pagi itu kami berkumpul di
pelabuhan nelayan untuk menaiki kapal, kapal kayu yang lumayan besar untuk
memuat sekitar 20 orang. Saya satu-satunya orang awam mengenai Teluk Balikpapan yang ikut serta, lainnya
adalah staf dari Kementrian, teman-teman aktivis Teluk Balikpapan, dan beberapa
rekan wartawan baik lokal maupun nasional yang diundang untuk meliput kerusakan
di Teluk Balikpapan.
Kami berlayar melewati Pelabuhan
Kariangau yang diresmikan di era pemerintahan SBY, niatnya pelabuhan ini akan
dipergunakan untuk memudahkan jalur lalu lintas dan bongkar muat barang. Namun,
sebelum peresmian dan setelah peresmian, segala aktivitas yang ada di pelabuhan
ini mendapat banyak protes dan kecaman dari aktivis setempat karena sangat menganggu keberlangsungan ekosistem di Teluk Balikpapan. Apakah memang
terjadi kerusakan di Teluk Balikpapan?
Kegiatan Ekonomi di Teluk Balikpapan |
Sepanjang perjalanan di atas kapal, saya melihat banyak sekali pembukaan lahan, baik yang sudah keluar ijinnya atau
bahkan yang belum memiliki ijin. Lahan yang dibuka digunakan untuk kebun sawit,
pendirian bangunan pabrik, pendirian bangunan gudang, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pembangunan
jembatan penghubung antara Kabupaten Penajam Paser Utara dengan Kota Balikpapan
yang akan membelah Hutan Lindung Sungai Wain (dengan adanya daerah penyangga saja kerusakannya pasti akan terasa,
apalagi tidak ada daerah penyangganya).
Jembatan Balikpapan - PPU |
Teluk Balikpapan merupakan
habitat bagi banyak satwa liar dilindungi, seperti : bekantan, pesut, dugong,
dan masih banyak lagi. Keberadaan aktivitas ekonomi yang terus bergerak tanpa
memikirkan habitat satwa-satwa ini jelas mengancam keberadaan mereka. Limbah-limbah
pabrik merusak terumbu karang yang
berada di sekitar Teluk Balikpapan, terutama yang letaknya paling berdekatan
dengan pabrik, seperti pabrik kelapa
sawit dan pabrik semen. Terjadi pengendapan dalam tahap yang sangat
mengkhawatirkan. Jika kerusakan ini terus dibiarkan, apa yang akan terjadi
dengan Teluk Balikpapan? Bencana ekologis apa yang akan terjadi ke depannya?
Salah Satu Pabrik Pengolahan di Teluk Balikpapan |
Miris juga melihat bagaimana pembangunan selalu menjadi ancaman bagi konservasi. Kapan kiranya para pengambil keputusan baik di tingkat daerah maupun nasional bisa memikirkan unsur kesatuan dan keberlanjutan dalam pembangunan? Semoga saja, monitoring yang
dilakukan pihak Kementrian Lingkungan Hidup membawa perubahan positif bagi
usaha perlindungan Teluk Balikpapan sehingga kegiatan ekonomi dan konservasi dapat
jalan beriringan dan bukannya berada pada kutub yang berseberangan.
Wawancara Pihak Kementrian Lingkungan Hidup oleh Wartawan |
No comments:
Post a Comment