Sistem transportasi di Belanda menganut sistem yang sudah terintegrasi. Sehingga transportasi publik seperti kereta api, bus, tram dan metro telah dihubungkan satu dengan yang lainnya. So dengan integrated transportation system ini, buat temen-temen yang baru landing untuk pertama kalinya di Amsterdam Schiphol Airport dan harus travelling ke kota lain di Belanda, temen-temen tidak akan kesulitan. Karena berbagai bus dengan bermacam-macam route tersedia di bus stop airport, terlebih lagi line kereta api yang tepat berada di basement airport telah siap mengantarkan teman-teman ke kota tujuan.
Bagi teman-teman yang akan tinggal di Belanda atau berkunjung ke Belanda, kereta akan menjadi salah satu transportasi yang sering digunakan, khususnya ketika bepergian jarak jauh. Walaupun harganya termasuk sedikit agak mahal, tapi menurut saya sebanding dengan fasilitas yang diberikan.
Sejarah perkeretaapian di Belanda tercatat sejak tahun 1839. Selama hampir 180 tahun sudah Belanda terus melakukan upaya-upaya perbaikan terhadap sistem perkeretaapiannya. Dan terhitung sejak bulan Januari 2017, Belanda menjadi negara pertama di dunia lho yang menggunakan 100 persen tenaga angin untuk sumber listrik kereta apinya. Jadi dengan berkereta di Belanda, secara tidak langsung kita sudah berperilaku lebih ramah terhadap lingkungan. Kenapa? Karena dengan menggunakan renewable energy yang bersumber dari tenaga angin berarti kita ikut serta dalam gerakan mengurangi polusi dan efek gas rumah kaca.
Kelas kereta api di Belanda terbagi menjadi dua tipe kelas, kelas 1 dan kelas 2. Tiket kereta kelas 1 lebih mahal jika dibandingkan tiket kereta kelas 2, perbedaannya sekitar 40%. Namun, tentunya fasilitas di kelas 1 lebih nyaman dan lengkap. Di beberapa jenis kereta, untuk yang tipe kelas 1 dilengkapi dengan wall socket (colokan listrik), lampu membaca personal, dan meja lipat. Saya rasa perbedaan kelas 1 dan kelas 2 lebih mengarah pada more private environment. Bukan diarahkan untuk membedakan antara si kaya dan si biasa. Nah, untuk yang terakhir ini, karena terbawa paradigma kelas vip dan non vip di Indonesia, saya pernah bertanya dengan teman saya yang orang Belanda.
“Are those people who used 1st train class like to make differences between the second class train user? Do they want to serve differently, brag about it since they have more money?”
Dan teman saya menjawab ini dengan serius, bahwa sepengetahuannya pilihan kelas bagi kebanyakan orang disini bukan berdasarkan mereka mau gaya atau karena mereka orang kaya and brag about it (misal foto/selfie plus pamer di medsos dengan caption alay, hehehe). Tapi lebih kepada kondisi/lingkungan yang mereka butuhkan saat itu. Maksudnya, kalau teman-teman lagi dikejar deadline dan harus benar-benar fokus pada kerjaan atau tugas, adanya kereta kelas 1 ‘yang lebih menjaga privasi’ pastinya menjadi pilihan utama dan sangat membantu proses kerja kalian.
Anyway, lanjut lagi yuk...
Tahunya kelas 1 dan kelas 2 dari mana sih? Nah, di setiap gerbong kereta akan ada angka yang menunjukkan tipe kelasnya. Tapi kalau teman-teman sudah masuk kereta, nggak perlu turun untuk cek tipe kelasnya, karena di bagian dalam gerbong keretanya pun kita akan menemukan angka yang menunjukkan tipe kelas kereta. Satu gerbong bisa terdiri dari satu tipe kelas, tapi ada juga yang memiliki dua tipe kelas sekaligus. Biasanya akan ada semacam pembatas antara kelas 1 dan kelas 2 untuk tipe gerbong gabungan. Kursi/seat kelas 2 seringkali lebih penuh dari seat tipe kelas 1. Tapi, walaupun kursi di kelas 1 ini sering kosong, jarang lho ada orang yang berbekal tiket kelas 2 berani-berani duduk di kelas 1. Karena kalau ketahuan oleh petugas kereta, akan ditegur dan parah-parahnya dikenakan denda yang cukup besar.
Kemudian, untuk jenis kereta, ada dua jenis kereta api yang beroperasi di Belanda yaitu Sprinter dan Intercity. Sprinter biasanya digunakan untuk perjalanan dengan jarak yang dekat dan biasanya kereta jenis ini berhenti di setiap stasiun. Berbeda dengan Sprinter, kereta jenis Intercity diperuntukan untuk mereka yang akan berpergian dengan jarak yang cukup jauh. Kereta ini hanya berhenti pada stasiun besar saja. Kereta Intercity ada yang tingkat lho, namanya double-decker Intercity. Saya sendiri lebih menyukai duduk di tingkat 2 kereta double-decker Intercity karena lebih bisa menikmati pemandangan di luar jendela. Khusus untuk Intercity, ada yang disebut Intercity Direct yang kecepatannya lebih cepat jika dibandingkan dengan Intercity tipe biasa. Intercity Direct ini hanya melayani rute Amsterdam Centraal – Schiphol Airport – Rotterdam Centraal.
Dari segi fasilitas pada dasarnya hampir semua kereta (baik sprinter maupun intercity) memiliki fasilitas WiFi, tempat untuk menyimpan sepeda, monitor yang menunjukan informasi travel, dan fasilitas khusus bagi para disable. Namun, kereta intercity memiliki fasilitas yang lebih lengkap, yakni dengan adanya toilet dan gerbong khusus yang disebut dengan Quiet Zone. Biasanya ada simbol dibagian kaca jendela yang menunjukan bahwa kita berada di gerbong Quiet Zone. Untuk intercity yang tidak bertingkat, quiet zone-nya tersebar di beberapa area kereta. Sedangkan pada double-decker intercity, Quiet Zone bisa ditemui pada beberapa gerbong di tingkat 2 kereta.
Di gerbong tipe silent ini kita harus meminimalisir suara yang dihasilkan. Bahkan kalau ada telepon masuk, biasanya orang memilih untuk mengangkat telepon di gerbong lain atau di dekat pintu kereta yang sudah tidak termasuk pada Quiet Zone. Kalau ada yang merasa terganggu karena kita berisik, mereka tidak segan-segan menegur kita, dengan cara yang baik tentunya. So, buat teman-teman yang mau ngobrol atau ber haha hihi, jangan sampai salah pilih gerbong kereta yaaaa^^
Untuk jenis tiket kereta dan tips-tips berkereta murah akan kita share di artikel selanjutnya yaaa...
No comments:
Post a Comment