Pages

Danau Jempang Terkepung Sampah


Sedih! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya setelah mengunjungi Danau Jempang, salah satu danau terbesar di Indonesia, yang terletak di Kecamatan Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bagaimana tidak, danau yang seharusnya menjadi potensi ekowisata Kutai Barat ini, seolah sangat kurang mendapatkan perhatian terutama dari pemerintah setempat padahal tempat ini sudah dicanangkan menjadi desa wisata sejak tahun 1990an. Lokasi wisata alam ini dikepung oleh perkebunan kelapa sawit yang begitu luas, terus merangsek menggantikan kekayaan hayati tumbuhan dan mendesak habitat hidup satwa liar nan eksotik di sana.



Ekowisata seharusnya menjadi kolaborasi antara kekayaan hayati dan kekayaan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu wilayah, dikelola untuk menopang keberlangsungan lingkungan dan kehidupan ekonomi masyarakatnya. Namun, mungkin hal ini adalah hal yang berat untuk dilakukan. Tidak semua tempat dapat menerapkan hal ini dan tidak semua pemerintah daerah memahami hal ini. Jangankan pemerintah daerah, apakah pemerintah pusat benar-benar tertarik untuk 'menggalakan' ekowisata di Indonesia? Saya jadi sangsi. Loh, kok saya jadi sok tahu dan misuh-misuh. Mungkin perasaan kesal dan kecewa kembali saya rasakan setiap kali melihat foto-foto Danau Jempang dan sekitaran

Sebelum mencapai Danau Jempang, saya memiliki ekspektasi yang bisa dikatakan berlebihan sehingga setelah saya tiba di lokasi, perasaan kecewa langsung menyergap saya. Danau Jempang dipenuhi enceng gondok, tanaman gulma muncul jika terdapat banyak zat organik terlarut di dalam suatu perairan, yang tentu saja menjadi nutrisi bagi tanaman gulma. Saya melihat sampah plastik mulai dari kemasan makanan ringan hingga baby diapers mengapung-ngapung di sekitar danau. Kemana perginya sampah-sampah plastik itu? Tentu saja tidak akan kemana-mana, karena ekosistem danau adalah ekosistem tertutup, danau adalah baskom besar yang tidak dapat mengalirkan substansinya seperti halnya sungai. Selain itu, saya juga melihat sistem MCK penduduk yang masih berakhir ke dalam danau (pantas saja enceng gondok dkk tumbuh subur). Pertanyaan saya, sampai kapan Danau Jempang akan bertahan dari sergapan sampah baik sampah organik maupun sampah anorganik? Berapa waktu lagi sedimentasi menyebabkan pendangkalan di Danau Jempang hingga dalam kondisi tidak bisa lagi diperbaiki? Apakah pemerintah setempat akan terus tutup mata akan hal ini?

Danau Jempang masih menyimpan keindahannya. Sejauh mata memandang, saya bisa melihat betapa luasnya Danau Jempang, dikelilingi gugusan pohon berwarna hijau, didukung kebudayaan lokal yang unik (terdapat lamin adat Mancong dan pusat pengrajin ulap doyo) serta keramahan masyarakat lokal. Danau Jempang sungguh potensi ekowisata, sumber pendapatan pemerintah daerah yang tidak digarap secara serius, disia-siakan. Saya yang bukan orang lokal, gak punya ilmu, dan gak punya wewenang saja gemas melihatnya, masa yang orang lokal, punya ilmu dan punya kuasa gak pengen berbuat sesuatu untuk menyelamatkan kekayaan daerahnya?


Burung ini sayapnya dirusak agar tidak bisa pergi dan membantu mencari ikan :(

Lokasi :
Danau Jempang
Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat
Kalimantan Timur



Terimakasih Bestifitraini untuk foto2nya yang luar biasa :)

2 comments:

  1. Sayang sekali ya. Indonesia punya banyak sekali tempat indah seperti, yg tidak kalah cantiknya dari pemandangan di luar negeri, tapi banyak rakyatnya yg masih tidak peduli pada lingkungan, tidak bisa merawat keindahan bumi pertiwi =(

    ReplyDelete
  2. Iya, Indonesia masih banyak yang belum terekpos keindahannya. Untuk kerusakan dll sebenarnya ada tanggung jawab pemerintah setempat, setidaknya ada usaha penyuluhan, kalau masih susah bisa mencoba forced and punishment mungkin?

    ReplyDelete