Pages

Sail Buriganga


Hal apa sih yang menarik untuk dilakukan di Bangladesh? Cobalah mengarungi Sungai Buriganga baik dengan naik kapal besar (launch: big engine boat) ataupun dengan sebuah kapal pukat ikan (trawler). Pemandangan yang ditemui saat itu sungguh luar biasa..lapar dan haus pun jadi terlupakan :D
 
Tampak luar Parabat-2
Perjalanan dimulai ketika Saya dan kawan-kawan berangkat dari Dhaka dengan sebuah kapal besar sejenis ferry bernama "Parabat 2". Kabin penumpang di kapal ini tersedia beberapa kelas, eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Kelas eksekutif penampakannya seperti di bawah ini:

Satu kabin eksekutif terdiri dari dua tempat tidur, dua kipas angin, satu televisi, dan dua pasang sendal jepit. Cukup bersih dan rapi..lumayan buat rehat sejenak. Yang sedikit mengecawakan adalah toiletnya. Terdapat beberapa toilet di bagian samping kapal yang bisa dipakai bersama-sama penumpang lainnya, dari berbagai kelas kabin. Air yang tersedia di dalam toilet hanya sedikit..padahal itu adalah bagian terpenting dari sebuah toilet tradisional (wet toilet). Ah tapi sudahlah..let's just enjoy the journey..hehe..

Tujuan pertama, kami menuju ke Barisal, sebuah kota di pinggir Buriganga yang dicapai setelah semalaman berada di Parabat 2. Di sana, kami harus turun bertukar kapal dengan kapal pukat ikan yang lebih kecil. Kami berangkat naik trawler sekitar jam 2 siang. Ada sekitar 40 penumpang kapal, termasuk beberapa wartawan dan anak-anak kecil. Trawler ini nampaknya memang tempat tinggal bagi beberapa keluarga. Mereka semacem manusia perahu. Apakah trawler ini ada toiletnya? Tentu saja ada. Pintu toletnya hanya setinggi ukuran orang jongkok. Di dalamnya cuma ada lubang yang langsung keliatan air sungai di bawah, dan sebuah kendi plastik bertali, buat nyiduk air sungai. Selama hampir 12 jam perjalanan, hanya sekali Saya menggunakan toilet itu. Once is enough lah ya *_*

Awalnya, kami masih berlayar di antara dua pulau. Kiri dan kanan masih terlihat daratan. Semakin lama, daratan makin tak nampak. Sejauh mata memandang, hanya air bergelombang yang terlihat. Ketika panas matahari menyengat, kami masuk ke bagian dalam kapal. Jika matahari melembut, Saya segera pindah ke ujung depan, menantang angin, meskipun belum sampai berani naik ke atap kapal :D
Pemandangan yang terlihat sungguh menakjubkan. Pulau-pulau kecil yang permukaannya lebih rendah dari permukaan sungai, berwarna hijau menyejukkan mata. Jika musim hujan (monsoon) tiba, pulau-pulau kecil menghilang atau jika pulaunya agak besar, luasnya akan berkurang drastis karena tertutup air sungai.

Kami sempat singgah di salah satu pulau. Di mana penduduknya sebagian besar adalah petani miskin dan rentan terkena badai monsoon. Jika badai tiba, rumah dan lahan pertanian mereka hancur. Rumah mereka hanya terbuat dari seng yang sangat mudah terbawa angin. Tanah di pulau itu selalu basah dan becek..karena pada dasarnya pulau itu memang sejajar/lebih rendah dari permukaan sungai.

Jika terjadi badai, mereka akan segera mengungsi ke tempat perlindungan yang terbuat dari bangunan permanen.

Setelah singgah beberapa jam, kami kembali melanjutkan perjalanan, makin mendekati tempat tujuan. Daratan di kiri-kanan sungai mulai nampak. Rumah-rumah penduduk terlihat di pinggir sungai. Untuk menemani perjalanan, ibu-ibu penghuni kapal membuatkan kami chai tea yang enaaak... *tapi jangan bayangin cara bikinnya gimana ya*

Pemandangan depan mata kayak gini, dengan angin sepoi-sepoi. Lupa deh sama kemacetan Jakarta :)
















Semakin lama, sungai semakin menyempit. Hingga akhirnya berlabuhlah kami di sebuah pulau. Pulau persinggahan lain yang akan menjadi tempat kami beristirahat malam itu.

Bagaimana dengan kuliner di Bangladesh? Makanan yang saya makan di sana betul-betul makanan lokal. Tipe makanannya sih tampak sejenis dengan makanan India. Rasanya pun cukup enak di lidah. Yang membuat sedikit tak nyaman adalah cara penduduk lokal mengambilkan makanan, makanan berbumbu dibagikan ke piring Saya dengan menggunakan tangan! Agak horor buat Saya yang clean freak :p

Baiklah..sekian catatan perjalanan tentang Bangladesh. Jika ada yang bertanya, apakah Bangladesh cukup berkesan di hati, Saya akan menjawab: Pasti!

Note:
Pertengahan tahun 2013 lalu Saya mendengar berita tentang tenggelamnya sebuah kapal besar (launch) di Sungai Buriganga karena kelebihan muatan. *ini ngasih info kok nakut2in ya* 


No comments:

Post a Comment