5 Alasan Asyiknya Nyimak Dongeng
November 19, 2016Suatu ketika beberapa waktu lalu, Pak Suami mengirimkan pesan singkat, "Bu, ikut lomba Kompas Klasika di Twitter gih!" Kemudian saya bergegas ke tempat kejadian perkara untuk mengecek maksud Pak Suami. Kompas Klasika ternyata lagi bikin kuis berhadiah tiket nonton Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016. Waktu itu cuma tau sedikit tentang acara itu dan tak begitu niat datang hingga naluri emak-emak yang ga bisa lihat gratisan langsung bikin semangat '45 ikutan kuisnya.
Suasana Panggung Dongeng Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) 2016 |
Acara ini sukses membanjiri Museum Nasional, Jakarta, dengan keluarga dan rombongan bocah-bocah pada 5-6 November 2016, pasca aksi damai 4 November 2016 lalu. Museum yang tenar dengan nama Museum Gajah itu menjadi tuan rumah FDII 2016 yang menghadirkan 6 pendongeng internasional yaitu Sheila Wee dari Singapura, Wajjupa Tossa dari Thailand, Craig Jenkins dari Inggris, Jeeva Raghunath dari India, Seung Ah Kim dari Korea Selatan dan Ng Kok Keong dari Malaysia. Sementara dari tuan rumah Indonesia, sederatan pendongeng seperti I Made Taro asal Bali, PM Toh asal Aceh, Fanny Haurissa dari Maluku dan Imam Rojali asal Lampung turut meriahkan gelaran tahunan ini. Tak hanya itu, puluhan pendongeng Indonesia lainnya juga beraksi dan memukau ratusan anak-anak dengan beragam cerita.
Sesuai instruksi Mbak Roro (Panitia) lewat pesan singkat, saya langsung menuju ke bagian informasi untuk mengambil tiket Pertunjukan Dongeng bersama Bapak I Made Taro. Karena dua bocah masih dibawah usia 3 tahun, kami cuma membayar Rp 10 ribu untuk tiket masuk Museum dan 2 tiket FDII 2016 gratis buat emak-bapaknya.
Pertunjukan Dongeng Spesial FDII 2016 yang kami tonton dibuka oleh Hendra Bawole dengan Kisah Pangeran Katak dan Putri Putu Ayu. Jangan kira kami akan bosan dan mengantuk saat menonton dongeng. Hendra Bawole menggunakan sarung untuk membantunya mengeksplorasi dan menceritakan kisah dongeng asal Bali itu. Begitu ekspresif dan seru!
After Hendra Bawole, the main show began with "Oleh-oleh Padi Muda" oleh I Made Taro dan Gede Tarmada. Diiringi lantunan musik Bali, dongeng ini menceritakan tentang oleh-oleh padi muda yang diminta seorang Kakak yang menjaga Adik kecilnya kepada Ibunya yang setiap harinya sibuk bekerja di sawah. Meski Pak I Made Taro berasal dari Bali, ternyata kisah dongeng "Oleh-oleh Padi Muda" berasal dari Aceh lho. Menurut beliau, kisah ini mirip dengan satu cerita Bali dan memang dongeng nusantara ternyata terdapat banyak kesamaan.
Ternyata, ada 2 cerita yang dikisahkan oleh I Made Taro. Yang kedua ini sangat interaktif. Para penonton diajak mendengarkan dongeng sambil bermain sumpit dan bola. Wah, gimana tuh? Dongeng kedua tentang Si Bangau dan Si Anjing. Bangau diundang kenduri di rumah Anjing. Tapi semua makanan dihidangkan dalam piring ceper. Paruh Bangau yang panjang tak bisa mengambil makanan yang dihidangkan tersebut sehingga ia harus pulang dengan perut kosong. Kemudian Pak I Made Taro mengajak para penonton merasakan perasaan Bangau lewat permainan mengambil bola dengan sumpit. Wah..tentu saja sulit sekali mengambil bola dan kelereng dengan sumpit. Ciyan anet deh Si Bangau.. :(
1. Dongeng, Media Pembelajaran Menarik Buat Si Kecil
Mendongeng, dapat menjadi medium pembelajaran menarik yang perlu diterapkan orang tua kepada anaknya. Seni bertutur ini membuat anak belajar lebih banyak kosakata dan kekayaan cerita dongeng tradisional dimana banyak mengandung pesan kebaikan didalamnya. Dan ternyata selain kisah yang selama ini didengarkan, masih banyak kisah bermuatan lokal lainnya dalam dongeng oleh Pak I Made Taro.
2. Dongeng Bisa Menanamkan Karakter Positif Sejak Dini
Wah..ternyata anak yang biasa mendengarkan dongeng, terutama pada saat usia dini di periode keemasan, akan mengingat segala kebiasaan baik hingga kelak tumbuh besar nanti. Melalui "Oleh-oleh Padi Muda", contohnya, anak-anak jadi tau bahwa janji itu harus ditepati.
3. Dongeng Jadi Salah Satu Cara Interaksi Keluarga
Lewat Dongeng, orangtua dapat mempraktikkan teknik komunikasi yang efektif untuk berinteraksi secara menyenangkan dan bermakna dalam keluarga. Dengan cara ini, anak-anak tentu lebih mudah menyerap makna dari sebuah cerita dan menerapkannya dalam kegiatannya sehari-hari.
4. Pendidikan Korupsi Bisa Lewat Dongeng
I Made Taro ternyata pernah digandeng Komisi Pemberantasan Korupsi jadi guru untuk pendidikan anti korupsi lewat perspektif berbeda, yakni dongeng bermuatan lokal. Si Sulung juga pernah beli buku yang ada logo anti korupsi. Tekad memberikan pendidikan anti korupsi memang kudu dilakukan sedini mungkin. #jempol
5. Dongeng Indonesia Go Internesyenel!
Pendongeng dari luar negeri yang diundang ke FDII 2016 ternyata ga cuma bikin acara ini makin rame dengan mengajarkan kisah multikultural dari berbagai negara kepada anak-anak Indonesia. Tapi juga untuk memperkenalkan kisah dongeng Indonesia ke mancanegara. Karena kisah Kancil Si Pencuri Ketimun ternyata bukan dari negeri Jiran, melainkan dongeng milik nusantara.
Terakhir, saya percaya bahwa pada detik-detik akhir pekan akan tandas ini, orangtua perlu berkomitmen terus menerus menumbuhkan nilai dan karakter positif anak. Karena pengasuhan adalah proses jangka panjang yang perlu terus dipupuk dan dipetik hasilnya. Merdeka! 😃
5 comments
Aseek..dapet gratisan :D *walopun katanya pas pulang tetep jajan ya?*
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSepertinya seru ya, kalau ada acara mendongeng di Mall, di taman atau perpustakaan secara berkala.
ReplyDeleteSetujuuuuuuuu!!!
DeleteKlo ga salah, komunitas dongeng itu lagi keliling Indonesia buat mendongeng. Waktu itu pernah baca lagi di Kebun Raya Bogor.
Seru banget! :)
- MarQ -
Ahahahaha..iya disyukuri alhamdulillah, Butat. :')
ReplyDeleteDi Jakarta jarang ada gratisan. :)))