Nonton Bareng Film Dokumenter "Kala Benoa"

September 23, 2016

Ketika seorang teman mencolek kami di facebook tentang akan diselenggarakannya pemutaran film "Kala Benoa" di Bremen, kota yang berjarak 1 jam 16 menit dari kota kami, saya dan suami sangat antusias. Apalagi ternyata sang sutradara, Kang Dandhy Dwilaksono juga akan hadir. Psst.. Kang Dandhy ini ternyata satu almamater dengan Saya dan Marq, walaupun bedanya hampir satu dekade di atas kami :D.
 
Film "Kala Benoa" adalah salah satu film dokumenter yang dibuat oleh Dandhy dengan watchdoc-nya dalam perjalanannya naik motor bebek keliling Indonesia selama satu tahun (mulai 1 Januari hingga 31 Desember 2015) yang dinamai "Ekspedisi Indonesia Biru". Dari video-video yang diambil selama ekspedisi tersebut, telah dihasilkan berbagai film dokumenter disesuaikan dengan lokasi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat seperti film "Samin versus Semen" tentang perlawanan masyarakat pegunungan Kendeng menolak pabrik semen, "Rayuan Pulau Palsu" tentang penolakan reklamasi Teluk Jakarta, dan lain-lain.
 
Film ini berlatar belakang Pulau Bali dan kontroversi besar yang sedang dihadapi masyarakatnya saat ini, masalah reklamasi Teluk Benoa. Seperti rencana reklamasi Teluk Jakarta yang ditengarai hanya akan menguntungkan kalangan pemilik modal dan penghuni Jakarta kelas atas, begitu juga dengan rencana reklamasi Teluk Benoa. Selain kerusakan lingkungan laut yang sudah pasti akan terjadi bila reklamasi dilaksanakan, masyarakat lokal Bali juga akan kehilangan sumber mata pencaharian dan harus berpindah dari tempat tinggal dan sumber penghidupan yang mereka warisi dari nenek moyangnya.

Foto koleksi Anett Keller
Siapa sih yang tidak senang berlibur ke Bali? Tempat yang penuh dengan keunikan budaya dan ketenangan, serta keindahan pantai-pantai dan alamnya. Tapi tahukah kita, bahwa yang selama ini paling diuntungkan dengan pariwisata Bali adalah kalangan pemodal pemilik hotel, villa, restoran, dan lain-lain. Penduduk lokal hanya menjadi penjual souvenir, nelayan tradisional, penjaga keamanan hotel/villa/restoran, dan berbagai pekerjaan informal berpenghasilan rendah.
 
Rencana pemerintah provinsi Bali untuk melakukan reklamasi inipun bertujuan untuk membangun lebih banyak hotel, pantai-pantai privat, dan berbagai fasilitas mahal lain yang tidak akan bisa diakses oleh masyarakat lokal dan turis kere (seperti kami -_-). Bahkan masyarakat Hindu Bali bisa kehilangan akses untuk melakukan berbagai upacara di pinggir laut, mengingat semakin banyaknya pantai yang diprivatisasi. Jika ini terjadi, para turis tidak akan lagi bisa menikmati keunikan budaya Bali yang melekat dengan tradisi upacara-upacara Hindu.
 
Padahal sebetulnya jelas sekali, hanya sedikit manfaat yang bisa dirasakan masyarakat Bali dari rencana reklamasi teluk Benoa ini. Lebih banyak hotel untuk siapa? Menurut pemilik hotel lokal, saat ini sudah terjadi kejenuhan properti di Bali. Banyak hotel dan restoran tidak laku. Harga merosot turun. Lalu keuntungan masyarakat yang dimaksud masyarakat yang mana? Ah..entahlah.. koalisi pemerintah dan pemodal memang selalu seperti itu.
 
Selesai pemutaran film, Dandhy menceritakan pengalaman dan kendala yang dia hadapi ketika membuat film dokumenter tersebut. Dandhy hampir tidak mendapatkan masalah berarti dalam proses wawancara yang difilmkan karena timnya melakukannya dengan low profile. Bahkan mereka sempat dikira penjual sandal keliling karena membawa bungkusan besar yang dibawa ke mana-mana. Padahal isinya drone..hehe..
 
Yang menarik buat saya, pemutaran film yang dilakukan di sebuah pusat budaya alternatif di Kota Bremen ini tidak hanya dihadiri oleh kalangan aktifis Indonesia dan Jerman yang sudah paham isu, tapi juga dihadiri oleh dedek-dedek gemes mahasiswa Indonesia yang masih polos. Beberapa terlihat sangat tercerahkan setelah menonton dan berdiskusi. Salah satu yang duduk dekat dengan saya bertanya, apa yang bisa dia lakukan untuk mendukung masyarakat Bali menolak reklamasi. Setidaknya, ada beberapa orang yang tersadarkan, ada apa dibalik pesona wisata Bali yang terkenal hingga ke mancanegara itu. Setidaknya juga, semakin banyak anak bangsa yang tersadarkan, bagaimana agar pembangunan yang diagung-agungkan manusia tidak merusak alam.
 
Kawan-kawan dan sahabat yang belum nonton film "Kala Benoa", yuk nonton yuk..gratis kok di youtube. Film ini dilengkapi oleh soundtrack super keren dari band Nosstress dari Bali yang berjudul "Endonesya Begitu Katanya". Liriknya bener-bener makjleb.

You Might Also Like

20 comments

  1. Coba nanti ku tonton mbaaa.. Hmm masalah film dokumenter selalu ada aja ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan ditonton mba...asyik kok filmnya..ga berat :)

      Delete
  2. Wah, makasih infonya...
    Mau nonton nanti kalau di yutub ��

    ReplyDelete
  3. Aku selalu kagum sama sineas, sama usahanya, apalagi buat tujuan nonkomersil. empat sayap!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali...sayapun sudah lama suka dengan karya-karya watchdoc ini.

      Delete
  4. waah..nuhun infonya ya tatat..
    petualangan jejakkatumbiri selalu keceeee...

    ReplyDelete
  5. keren ya dutt si akangnya, pernah ada film dokumenter tentang isu lingkungan di Balikpapan, tapi kurang greget.. kalo greget bakal mudah untuk dipasarkan sebagai alat konservasi :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Iya..keren dia..mantan news producer SCTV, dipecat karena memberitakan ttg operasi militer di Aceh. Setelah itu dia independen aja..malah jadi makin keren. Nonton gih filmnya

      Delete
  6. Mksh mbak infonya...nanti mo nonton..apalagi kl ada perjalanan2 gt..sptnya seru keliling Indonesia..mari menonton..mo ajak duo fajar junior nongkrong di depan laptop hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mbak Novya. Ajak anak-anak nonton bagus mbak..karena film dokumenternya banyak wawancara orang tentang pariwisata berbasis masyarakat di Bali, dll. Bagus untuk menumbuhkan kepedulian anak dengan kondisi disekelilingnya :)

      Delete
  7. langsung nonton dan langsung share linknya ke pak suami.. terimakasih teh tatat! <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami-sami Buajeng! Selamat menonton sekeluarga :)

      Delete
  8. Nanti kalau ada sinyal WIFI mau download filmnya dan nonton biar tau serunya
    Makasih banget infonya kakak

    ReplyDelete